Kamis, 30 Oktober 2014

Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan

Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan
Syekh Abdul Muhyi Pamijahan
Beragam cerita mistik terkadang sulit dicerna oleh akal manusia, berbagai permasalan dan perubahan alam yang kerap terjadi, semua bagai perjalanan biasa dalam pandangan manusia dizaman sekarang. Dalam kondisi seperti ini manusia hanya bisa tahu, bahwa apapun yang terjadi semua adalah kehendak yang maha kuasa. Krisis akan pemahaman tentang sebuah ilmu supranatural, menjadikan mereka tidak tahu menahu tentang segala kebesaran Allah SWT, yang bersifat, sirriyah/ rahasia. Sehingga dengan ketidak tahuan ini apapun rohmat yang diberikan oleh Al Khalik, kepada seluruh umat manusia, semua akan dilewatinya begitu saja tanpa kita
bisa merasakan akan segala kenikmatan yang terkandung dalam rohmat tersebut. Dalam hal ini, segala derajat, pangkat, martabat dan kedudukan yang sedang diinginkan akan musnah berpindah kelain orang yang lebih mengerti akan tatakrama seputar keagungan ilmu supranatural/ ilmu bersifat bathiniyah. Nah, sebagai kajian kali ini Misteri akan mengupas tentang sebuah isyaroh yang lagi ramai diperbincangkan para ulama khosois, di ntaranya, akan terjadi suatu kehebohan di uncak bukit Pamijahan Tasik jawa Barat. Tentu di ntara anda sekalian sudah pernah ada yang mengenal/ sudah pernah datang ketempat pesarean, Syeikh Muhyi pamijahan. Dalam status kewaliyan, beliau ini tergolong, Mindarojatil Nuqoba’/ Waliyulloh yang mempunyai sifat pemaaf dan setiap waktunya selalu mendoakan seluruh umatnya agar mereka senantiasa hidup dengan penuh kemakmuran. Sifat seperti ini pula yang dimiliki oleh para bangsa malaikat dalam mendoakan seluruh umat, Muhammad SAW, sehingga Syeikh Muhyi ini disebut juga oleh bangsa wali lainnya dengan gelar, A’dzomut darojat/ orang yang mempunyai derajat agung. Bercerita tentang derajat kewaliyan, tentu kita hanya paham atau mengerti secara sepintas, bahwa yang disebut derajat seperti ini hanya ada dizaman wali songo. Sebenarnya pemahaman seperti ini tidak benar, karena derajat waliyulloh akan terus mengalir hingga sampai pada akhir zaman sebagai sunnaturrosul. Seperti pada zaman pertengahan misalnya, derajat seorang waliyulloh telah membanjiri berbagai kota, seperti, Yaman, Turkei, Mesir, Arab dan daerah Timur Tengah lainnya. Konon derajat derajat seperti ini turun temurun dari zaman kezaman, seperti dari masa, imam Ibnul ‘Arobi, Aziz Assmarkondi, Sulthon Syeikh Ustman, Syeikh Abdul Qodir Al Jaelani, Abu Hasan Assyadili, Robiyatul Adawiyyah, Sofyan Assauri, Malik bin Dinar, dll. Sedangkan dizaman Wali Songo, seperti, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Gresik, Sunan Udung, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Kali Jaga, Sunan gunung Jati, Sunan Magribi, Sunan Gentong, Sunan Walangsungsang, Sunan fatahilah, Sulthon Hasanuddin Banten, Syeikh Muhyi Pamijahan, Syeikh Qurrotul ‘Ain karawang, dan masih banyak ratusan nama wali lainnya dalam kurun zaman yang sama. Dari sejarah Wali Songo, derajat wali lainnya mulai bermunculan disela semua para Wali Songo sudah tiada, seperti, Ki Tholha, Abah Muslim. Abah Zakariya, Ki gede Surya Negara, Pangeran Derajat dan ribuan nama Wali lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Nah, sebagai pemahaman tentang derajat sorang Waliyulloh, disini Allah SWT, menempatkan mereka dalam derajat yang tidak sama, tentunya derajat yang dimaksud disini, tergantung dari keluasan dan kedudukan yang mereka emban, walau dalam hakikinya mereka semua ini adalah Waliyulloh. Intinya, mereka para Waliyulloh tetap butuh akan segala pemahaman ma’rifat yang lebih tinggi yaitu, tetap mencari guru mursyid yang lebih luas dalam hal ilmu bersifat Robbani, guru yang dimaksud tiada lain adalah, orang yang lebih tinggi derajatnya. Kembali kecerita Syeikh Muhyi, dalam sejarah hidupnya beliau seorang yang zuhud, pintar, sakti dan terkenal paling berani dalam memerangi musuh Islam. Namun semua itu adalah masa lalu beliau dan kini hanya tinggal kenangan belaka. Hanya saja walau beliau sudah ratusan tahun telah tiada, namun rohmat serta kekeramatannya masih banyak diburu, terutama oleh para peziarah yang minta berkah lewat wasilahnya. Mengenal jati diri Syeikh Muhyi, yang kurun zamannya setara dengan para Wali Songo, sesungguhnya dalam derajat kewaliyan, Syeikh Muhyi ini masih dibawah beberapa wali lainnya, seperti, Sunan Gunung Jati, Sulthan Hasanuddin Banten, Mbah Cakra Buana, Pangeran Panjunan, Pangeran Cirebon dan Sunan Kali Jaga serta yang lainnya. Namun dalam suatu penghormatan, Syeikh Muhyi ini tergolong orang yang sangat dimulyakan oleh para wali lainnya pada masa tersebut, semua bukan karena derajatnya sebagai seorang Waliyulloh Kamil, melainkan dari tempat yang dihuninya yang menjadikan semua waliyulloh sangat menghormatinya. Sebab dalam tempat yang dihuni oleh Syeikh Muhyi ini, ada satu tempat yang sangat dimulyakan oleh seluruh wali sedunia, yaitu, goa puncak mujarob. Dimana goa ini berlokasi diatas areal puncak Pamijahan yang sekarang tidak boleh dimasuki oleh para peziarah. Sebagai goa yang sangat dimulyakan, tentunya asal usul goa ini punya sejarah tersendiri dalam kehidupan alam nyata sehingga sampai saat ini masih sangat dimulyakan keberadaannya oleh seluruh bangsa Waliyulloh. Nah, disini Misteri akan sedikit mengupas tentang sejarah goa mujarob. Sebelum Walisongo tercipta dibumi tanah Jawa, jauh jauh goa mujarob telah ditempati oleh seorang Waliyulloh yang diberikan umur panjang hingga kini oleh Allah SWT, beliau ini bernama, Syeikh Sanusi, yang terlahir dizaman para sahabat Rasulullah SAW. Lewat sebuah kesempurnaan ilmunya, Allah SWT, memberikan padanya derajat, Quthbul Jalaliyah/ orang yang mengesahkan derajat kewaliyan seseorang. Dari riwayat hidup yang beliau jalani, hampir seluruh wali dimuka bumi ini semua melalui pengesahannya. Bahkan didalam kehidupan seorang Waliyullah Kamil sekalipun, seperti, Syeikh Abdul Qodir Al Jailani, yang mana pernah menjadi salah satu muridnya dan derajat kewaliyannya juga disahkan olehnya. Sebagai seorang dedengkot wali Jawa, Syeikh Sanusi ini punya kelebihan lain, seperti halnya, Nabiyulloh Hidir AS, yang mempunyai, MA’UL HAYAT/ air kehidupan. Sedangkan Syeikh Sanusi, mempunyai, MA’UL MUJAROB/ air istijabah. Dari kedua air ini, siapapun yang bisa meminumnya, niscaya segala umur kita bisa ditangguhkan sampai pada hari kiamat tiba. Namun sayangnya, sejarah syeikh Sanusi jarang sekali orang tahu, mungkin karena kurunya yang lebih terbelakang jauh sebelum para Wali Songo lainnya, sehingga dalam sejarah tanah Jawa, Syeikh Sanusi jarang sekali masuk dalam data cerita buku sejarah. Berkisah tentang goa mujarob yang ada diatas puncak pamijahan, lokasi ini telah ditutup oleh juru kunci karena karomahnya yang sangat kuat, siapapun yang masuk dalam goa tersebut, mereka tidak bisa keluar kembali, alias mati tanpa ada wujudnya,/ raib. Para peziarah hanya diperbolehkan sampai ke pesarean Syeikh Muhyi. Disisi lain, goa ini telah ditempati dua mahluk lainnya yang sangat ganas, yaitu, seekor ular naga raksasa, yang bernama, raja bumi dan pancarobba kepunyaan, Nyi Roro Kidul, yang setiap saat akan memakan siapapun yang masuk dalam wilayah goa tersebut. Sampai sekarang goa mujarob masih bertengger sangat anggun sekaligus menyeramkan bagi siapapun yang masuk kedalamnya/ coba coba ingin mengantarkan nyawa secara cuma cuma. Sebagai tempat yang sangat diistimewakan oleh seluruh derajat Waliyullah, gua mujarob akan selalu dijadikan symbol dalam segala permasalahan yang ada dibelahan alam jagat raya, khususnya Indonesia. Dan belum lama ini, (?) goa mujarob sering kejatuhan sinar pelangi yang menyerupai seperti tangga, dari rembulan sana sampai tepat diatas puncak Pamijahan. Hal seperti ini banyak dilihat dan diketahui oleh beberapa ulama khosois. Bahkan bukan hanya didaerah Tasik sinar ini bisa dilihat. Daerah lainpun seperti, Cirebon, Indramayu, Demak, Kudus, dan daerah Jawa Timur lainnya, mereka para khososis, telah melihat tentang sinar terang yang menyerupai, tangga bersusun ini. Tak ayal semua ulama seJawa geger dengan adanya sinar yang begitu terang benderang yang selalu muncul dari atas goa mujarob hingga sampai tembus kelangit sana. Hal, seperti ini pernah terjadi 200 tahun yang silam, sebagai pengangkatan seorang raja wali sedunia dan datangnya seorang satria piningit. Pada waktu itu, salah satu dari bangsa wali telah ditunjuk dan diberikan anugrah derajat kepemimpinan wali agung, beliau adalah, syeikh Nawawi Al Banteni/Al Jawi, sedangkan sebagai satria piningitnya adalah, Ki Soleh, Cibogo Benda Kerep Cirebon. Kisah seperti itu telah 200 tahun berlalu dan kini kejadian serupa terulang kembali. Siapa gerangan cikal bakal yang akan menjadi juru selamat Indonesia dan siapa pula yang menjadi satria piningitnya/ president Indonesia, mendatang?. Dalam sebuah kasak kusuk para khosois, puncak Pamijahan bakalan geger disela sinar derajat telah keluar dari sarangnya. Bangsa gaib dan manusia akan menanti siapa pemenang dari pemilihan derajat Waliyullah Kamil dan satria piningit yang bakal ada ditanah Indonesia. Walau dalam hal ini para ahli khosois sudah banyak yang tahu lewat roh mahfud yang dilihatnya, sebuah ketentuan dari derajat Waliyulloh agung yang bakal dipegang oleh seseorang sebagai “ Quthbul Arba’ul ‘Amadu” namun semua ini masih dalam dimensi yang sangat dirahasiakan oleh kalangan para ahlillah waahlir rosul. Semoga dengan kedatangan seorang derajat Waliyullah Kamil yang ada ditanah Indonesia, bangsa ini akan menjadi aman dari segala marabahaya, wabil husus, segala persoalan yang ada diantara orang atas dan bawah akan mudah diatasi tanpa adanya goro goro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar