Jumat, 31 Oktober 2014

Khasiat Mengucapkan Uluk Salam

Khasiat Mengucapkan Uluk Salam



Uluk salam atau memberi salam itu termasuk suatu cara yang sangat di anjurkan dalam islam, Maka disini tentu ada faedah dan manfaat untuk masalah rizki, karena didalam salam tersebut mendoakan keselamatan bagi umat manusia, Maka disini perlu saya terangkan bahwasiapa saja yang membaca sholawat ketika masuk rumah, maka dia akan mendapat rizki yangbanyak, dan barang siapa membaca sholawat kepada Rosululloh ketika masuk rumah, makadia akan mendapat rizki yang luar biasa. Dan ditambah lagi membaca surat Al-Ikhlas satu kali.

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad R.A. berkata,”seorang laki-laki datang kepada Rosululllah S.A.W. kemudian mengeluh kepadanya akan ekonomi rumah tangganya, danpekerjaannya. Lalu Rosulullah S.A.W berkata,”kalau kamu masuk kerumahmu, ucapkan salam kepada orang yang berada di rumah maupun tidak ada dirumah, kemudian bersholawatlah kepadaku dan bacalah surat Al-Ikhlas sekali. lalu orang itu mengerjakan apa yang telah dikatakan oleh Rosululllah S.A.W. Tak lama kemudian Allah memberikan rezeki kepadanya berlimpa ruah sampai-sampai kepada para tetangganya.”
Contohnya seperti ini :
Assalamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh Alloohumma sholli alaa sayyidinaa muhammad, Wa alaa ali sayyidinaa muhammad Qul huwalloohu ahad, Allohush-shomad, Lam yalid walam yuulad, Walam yakul lahu kufuwan ahad.

Pengalaman:
Amalan ini telah saya coba dan benar-benar mujarab, saya pun mengajari istri saya juga, Waktu itu istri saya bekerja disalah satu Counter perawatan rambut, biasanya dalam sehari hanya mampu berjualan 700 Ribu sampai 1,5 Juta, kemudian saya ajarkan dia setiap pulang kerumah dan ketika baru datang sebelum membuka Counternya terapkan Uluk Salam, Alhamdulillah setelah ia terapkan setiap hari penghasilannya naik menjadi 3 Juta perhari, Apakah anda tertarik silahkan dicoba. (Ilmu Warisan Leluhur)
http://seputarpamijahan.blogspot.com/

DOA KESELAMATAN KEDIGDAYAAN

Asalamualaikum.selamat beraktivitas.ada kalanya kejadian tidak baik mengenai kita.maka ibarat persiapkan
image

payung sebelum hujan.antara orang pakai payung dan tidak saat hujan tentu beda.walau yg pakai payung maupun tidak’semua bisa basah karena manusia hanya usaha Allah lah penentunya tapi secara bagian iktiar dan realita bisa beda.yg tidak pakai payung tentu potensi basah lebih banyak.beda yg sedia payung tentu potensi basah lebih sedikit karena ada payung hujan.isnyaallah doa ini sebagai ihtiar keselamatan.kedigdayaan dan kekuatan tubuh.serahkan semua ke Allah swt.penulis tidak akan bercerita soal pengalaman maupun kegunaan yg lain.intinya insyaAllah isthikomahi keselamatan insyaallah akan selalu menyertai.amin
Lakunya:  puasa 3 hari. Setiap malam saat puasa,selesai sholat hajat dzikirkan 313 kali.setelah puasa lakukan kebiasaan dzikir 7 kali selesai sholat fardu minimal dzikirkan selesai subuh dan maghrib.
tawassul ke :
kanjeng nabi muhammad
Malaikat muqorobin
nabi khidir as
4 sahabat abu bakar,umar,usman, ali
syeh abdul qodir al jilani
9 walisongo
para leluhur kita
Ruh orang tua kita. http://seputarpamijahan.blogspot.com/

RAHASIA WUDHU

Asalamualaikum.salam rahayu salam hormat ke kyai risang mukti dan kang ahmadr Salam rahayu semua sedulur songgobumi (seduluran ngantos pati) .apabila manusia tersentuh air pasti akan ada rasa yg jika benar benar di rasakan setiap manusia akan tentu berbeda rasa. wudhu demikian umum tapi ternyata dalam wudhu sangat banyak rahasia yg tersembunyi. Dalam tangan ini tersembunyi tombol aktif akan mengalirnya, energi dahsyat .kita ingat bagaimana saat rosul menyembuhkan seseorang yg buta hanya dengan wudhu.Allah swt sudah menunjukan pada kita mana yg benar mana yg salah mana yg menguntungkan berkah ke kita. ” wa ma arsalna illa rahmatan lil allamin” apapun yg menguntungkan/ baik bagi kita ,beliau bertanggung jawab menyampaikannya atau beliau akan di tanya mengapa beliau menyembunyikan nya. Allah melimpahkan ada banyak hal ke rosul kita. Saat rosul di datangi seorang buta minta di sembuhkan beliau menyuruh orang itu berwudhu. Ajaib sembuh. Kalau mengambil dari hadis saat rosul menyembuhkan dgn wudhu akan bermakna wudhu adalah awal pembukaan dari penyembuhan jika tidak wudhu maka upaya mu menyembuhkan penyakit itu kemungkinan minim,apapun kemampuanmu entah tinggi atau tidak resapilah kekuatan wudhu.ketika kita mengambil wudhu selain niat wudhu yg pertama juga dilakukan adalah membasuh tangan sampai pergelangan.sebenarnya yg kamu lakukan adalah level pertama adanya kekuatan / energi yg berada di tanganmu saat itu. maka jgn heran banyak para praktisi menggunakan tangan bahkan para praktisi berbagai macam keilmuan sampai budhis di banyak banyak negara cina maupun india yg menggunakan tangan.mereka menggunakan tangan sebagai pintu melepas energi setelah tubuh digunakan penampungan. disamping penyembuhan lewat tangan juga digunakan menakhlukan musuh / lawan.ditangan kita pertama wudhu tentu tangan jari kita sepuluh itu . dan telapak tangan kanan tertulis 18 dan tangan kiri tertulis 81, 1+8: 9 ,8+1: 9, tetaplah sembilan. Dan 18+81: 99 Dengan mengaktifkannya berarti mengaktifkan daya 99 asmaul husna ,segera saat kita menggosok wudhu kita menimbulkan daya energi dan saat di menggosok dengan pancuran air di saar itu pula air menahan energi dalam tubuh keluar.dan 1+8:9, 8+1: 9. Jumlah 9 berarti juga sembilan titik tubuh mewakili sembilan auliya yg bertanggung jawab pada diri kita. Dengan demikian juga mengaktifkan sembilan daya dari 9 auliya di diri kita. Saat kita menyembuhkan kita berposisi 9 ,karena 9 sama juga dgn 0. saat sembilan titik aktif maka sisitem penerimaan on,maka tubuh ini adalah penampung daya langit dan hakekatnya adalah diri ini siapa telusuri saja. Walau mereka yg menerapkan tidak mengerti bagaimana mereka di lindungi daya 99 asmaul husna ,sembilan titik auliya tapi allah membolehkan siapapun mengakses nya karena itu hak Allah sesuai yg di kehendakinya. Dan ketika kita mengaktifkan jari angka 10 maka jadi 10 + 9: 19 dan penelitin yg berkembang setiap bahwa setiap ayat itu berhubungan dgn 19. Dan jumlah 19 ini ” wa yahmillu arsh arrahmani yaumadin thamaaniya ,,delapan akan, hari itu,menyangga singgasana Rab mu (alquran 69:17) / ketika singgasana dari Rab mu diatas mereka, delapan adalah delapan malaikat,hari itu adalah pengadilan jadi 8 memikul angka 1 dan yg memegangi neraka adalah 19. Neraka adalah termasuk sumber daya energi. Maka saat kamu menyembuhkan seperti racun di lawan dgn racun. Negatif vs negatif, maka positif. 19 juga sesuai jumlah malaikat yg bertanggung jawab terhadap neraka.dan di saat kita mengaktifkan serentak maka dayanya akan menghancurkan membersihkan tanpa pandang bulu yg negatif.dan perlu diketahui energi daya 10 tidaklah buruk sesuai pikiran karena akses ke energi api yg 19. karena bukan seperti pikiran manusia. Sebagai contoh energi matahari ialah satu api tapi saat bersamaan sangat berguna bagi manusia. setelah angka 19 aktif dan bekerja menyapu maka aktifkan angka 9 dgn daya langit. semoga tidak bingung dan bermanfaat.http://seputarpamijahan.blogspot.com/

JAWAAHIRUL ASROORIL GHOIB

JAWAAHIRUL ASROORIL GHOIB Bismillahirohmanirohim allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin sholaatan tuthli ‘unaa bihaa maqoosidal quluubi wa tuksyifunaa bihaa sirrol guyuubi wa baarik wa sallim tata cara -puasa bila ruh 9 hari, mulai puasa hari kelahiran anda. -selama puasa setiap ba’da sholat isya’ hrs wirid yaa khobiiru 812x dan sholawatnya 14x -setelah puasa cukup diwirid sholawatnya 3x,setelah sholat fardhu fardu cara menggunakan -baca surat al fatihah 3x -istighfar 3x -yaa khobiiru 11x -sholawatnya 7 x i fadillah -membuka hijab ghoib -peka terhdp hal ghoib -peka akan intuisi dan pirasat -membuka hijab ghoib semua atas ijin alloh.semoga bermanfaat.http://seputarpamijahan.blogspot.com/

DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU

Assalamu’alaikum wr wb
Salam salim untuk semua sesepuh Songgobumi,
dan salam salim untuk seluruh bolobumi.
Ijinkanlah saya

yang bodoh ini berbagi sedikit
pengetahuan yang dititipkan kepada saya..
Yaitu adab berdzikir Asma’ Allah agar selalu
mengalir di nadi kita sepanjang waktu…
Latihlah setiap selesai sholat fardu, sholat tahajjud,
atau sebelum tidur, saat berbaring, saat duduk,
saat berdiri, saat berjalan, saat beraktivitas..
Jahar ataupun sirri terserah panjenengan semua…
Guruku berpesan:
Sekali setiap hari, dengarkanlah dzikir hatimu
ketika engkau mendengarkan, engkau akan
mendengar hatimu melantukan Allah.. Allah..
Allah..
Dzikir ini akan menumbuhkan konsentrasimu,
Waktu yang terbaik untuk mendengarkan dzikir
ini adalah tengah malam, setelah tahajjud,
Latihlah walaupun hanya 10 menit setiap hari,
maka dzikirmu akan tumbuh, hatimu akan hidup
dan 24 jam engkau akan selalu mengingat Allah..
Insya Allah engkau akan selalu mendapatkan
rahmat Allah dan semakin dekat dengan-NYA…
Janganlah kalian melupakan kami dalam doa-doa
kalian dan juga guru-guru kami yang sanadnya
bersambung kepada Rosulullah saw..
Amalan ini boleh diamalkan siapa saja bi ridho-
illahi ta’alla ….
A’udzubillahi minas syaithoonir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa Asyhadu anna
muhammadar roosulullaah (3x)
Shollallaahu ‘alaihi wa sallam
Astaghfirullaahal ‘Adhieem (3x satu nafas)
Wa atuubu ilaih
Laa haula wa laa quwwata illa billaahil ‘Aliyyil
‘Adhieem
Allaahumma sholli wa sallim ‘alaa sayyidinaa
muhammad wa ‘alaa alii sayyidinaa muhammad
Allaahu Akbar (3x satu nafas)
Bismika Yaa Allaah..
Yaa Allaah..Yaa Allaah..Yaa Allaah..
(sebanyak-banyaknya, seikhlasnya…)
tak terbatas, sejauh kemampuan dan
kerinduanmu kepada rabbmu..
Bacalah dengan lisanmu atau dengan hatimu,
resapi dalam qalbu, sebanyak yang kau mampu..
Jika engkau memiliki hajat khusus kepada Allah
mintalah dengan Asma’-NYA dan bacalah 5000x
selama sebulan, maka sebesar apapun hajatmu
Insya Allah akan dikabulkan oleh Allah swt..
Jika engkau menghendaki rizki yang
berkesinambungan maka bacalah Asma’ Allah
5000x ditambah Yaa Hayyuu Yaa Qoyyuum
1000x setiap malam, Insya Allah engkau akan
diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka..
Wallasalmu’alaikum wr wb
http://seputarpamijahan.blogspot.com/

Adab dan Doa Ziarah Kubur

 Sekitar Persoalan Penghuni kubur Rasulullah saw bersabda: “Berilah hadiah mayit-mayitmu.” Kemudian kami (sahabat) bertanya: Apa hadiah untuk mayit? Beliau menjawab: “Sedekah dan doa.” (Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 570) Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap Jum’at arwah orang-orang mukmin datang ke langit dunia vertikal dengan rumah mereka, seraya masing-masing mereka memanggil dengan suara yang sedih sambil menangis: wahai keluargaku, anak-anakku, ayahku dan ibuku, kerabatku, sayangi kami niscaya Allah menyayangi kalian dengan hadiah yang kalian berikan pada kami. Celaka kami (karena harta kami), kami yang dihisab, orang lain yang mengambil manfaat.” Dalam hadis yang lain Rasulullah saw bersabda: “Masing-masing mereka memanggil kerabatnya: Sayangi kami dengan dirham atau roti atau pakaian, niscaya Allah menyayangi kalian dengan pakaian dari surga.” Kemudian Rasulullah saw menangis. Kami (sahabat) pun ikut menangis, Rasulullah saw tak kuasa berbicara karena banyaknya menangis. Kemudian beliau bersabda: “Mereka itu adalah saudara kalian dalam agama, mereka hancur menjadi tanah setelah mereka (di dunia) diliputi kesenangan dan kenikmatan. Mereka memanggil dengan seruan: “Celaka kami, sekiranya kami dulu menginfakkan harta kami di jalan ketaatan kepada Allah dan ridha-Nya, niscaya kami tidak butuh pada kalian.” Lalu mereka pulang dengan kerugian dan penyesalan, dan mereka berseru: Cepatlah kalian bersedekah untuk mayit kalian.” Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah pada orang-orang yang telah meningga? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang harus kami baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini. (lihat doa berikutnya) Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata: “Barangsiapa yang tidak mampu berziarah kepada kami (Ahlul bait), maka hendaknya berziarah pada orang-orang shaleh yang berwilayah kepada kami, maka akan dicatat baginya seperti pahala berziarah kepada kami; dan barangsiapa yang tidak mampu menyambung silaturahim pada kami, maka hendaknya menyambung silaturahim pada orang-orang shaleh yang berwilayah kepada kami, maka akan dicatat baginya seperti pahala menyambung silaturahim pada kami.” Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Barangsiapa yang mendatangi kuburan saudaranya yang mukmin, kemudian meletakkan tangannya pada kuburannya, dan membaca surat Al-Qadar (7 kali), maka ia akan diselamatkan pada hari kiamat.” Dalam hadis yang lain disebutkan: “dan menghadap ke kiblat.” Syeikh Abbas Al-Qumi (ra) mengatakan: Pahala bacaan surat tersebut untuk orang yang membacanya, juga untuk penghuni kubur yang diziarahi. Karena hal ini dikuatkan oleh hadis-hadis yang lain. Makruh Ziarah kubur di malam hari Tentang makruhnya ziarah ke kuburan orang-orang mukmin di malam hari, Rasulullah saw bersabda kepada Abu Dzar: “Jangan sekali-kali kamu berziarah kepada mereka di malam hari.” Adab dan doa ziarah kubur Pertama: Ketika memasuki areal kuburan mengucapkan salam. Abdullah bin Sinan pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bagaimana cara mengucapkan salam kepada penghuni kubur? Beliau menjawab: Ucapkan: اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَنْتُمْ لَنَا فَرْطٌ وَنَحْنُ اِنْ شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ Assalâmu ‘alâ ahlid diyâr, minal mu’minîna wal muslimîn, antum lanâ farthun, wa nahnu insyâallâhu bikum lâhiqûn. Salam atas para penghuni kubur, mukminin dan muslimin, engkau telah mendahului kami, dan insya Allah kami akan menyusulmu. Atau mengucapkan salam seperti yang diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa): اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا اَهْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ بِحَقِّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ كَيْفَ وَجَدْتُمْ قَوْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ بِحَقِّ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ اِغْفِـرْ لِمَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، وَاحْشَـرْنَا فِي زُمْرَةِ مَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلِيٌّ وَلِيُّ اللهِ Assâlamu ‘alâ ahli lâ ilâha illallâh min ahli lâ ilâha illallâh , ya ahla lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh kayfa wajadtum qawla lâ ilâha illallâh min lâ ilâha illallâh, ya lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh ighfir liman qâla lâ ilâha illallâh, wahsyurnâ fî zumrati man qâla lâ ilâha illallâh Muhammadun Rasûlullâh ‘Aliyyun waliyullâh. Salam bagi yang mengucapkan la ilaha illallah dari yang mengucapkan la ilaha illallah, wahai yang mengucapkan kalimah la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah, bagaimana kamu memperoleh kalimah la ilaha illallah dari la ilaha illallah, wahai la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah ampuni orang yang membaca kalimah la ilaha illallah, dan himpunlah kami ke dalam golongan orang yang mengu¬cap¬kan la ilaha illallah Muhammadur rasululullah Aliyyun waliyyullah. Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang memasuki areal kuburan, lalu mengucapkan (salam tersebut), Allah memberinya pahala kebaikan 50 tahun, dan mengampuni dosanya serta dosa kedua orang tuanya 50 tahun.” Kedua: membaca: 1. Surat Al-Qadar (7 kali), 2. Surat Al-Fatihah (3 kali), 3. Surat Al-Falaq (3 kali), 4. Surat An-Nas (3 kali), 5. Surat Al-Ikhlash (3 kali), 6. Ayat Kursi (3 kali). Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar (7 kali) di kuburan seorang mukmin, Allah mengutus malaikat padanya untuk beribadah di dekat kuburannya, dan mencatat bagi si mayit pahala dari ibadah yang dilakukan oleh malaikat itu sehingga Allah memasukkan ia ke surga. Dan dalam membaca surat Al-Qadar disertai surat Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlash dan Ayat kursi, masing-masing (3 kali).” Ketiga: Membaca doa berikut ini (3 kali): اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْئَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ اَنْ لاَتُعَذِّبَ هَذَا الْمَيِّتِ Allâhumma innî as-aluka bihaqqi Muhammadin wa âli Muhammad an lâ tu’adzdziba hâdzal may¬yit. Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad janganlah azab penghuni kubur ini. Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada seorang pun yang membaca doa tersebut (3 kali) di kuburan seorang mayit, kecuali Allah menjauhkan darinya azab hari kiamat.” Keempat: Meletakkan tangan di kuburannya sambil membaca doa berikut: اَللَّهُمَّ ارْحَمْ غُرْبَتَهُ، وَصِلْ وَحْدَتَهُ، وَاَنِسْ وَحْشَتَهُ، وَاَمِنْ رَوْعَتَهُ، وَاَسْكِنْ اِلَيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ يَسْـتَغْنِي بِهَا عَنْ رَحْمَةٍ مِنْ سِوَاكَ، وَاَلْحِقْهُ بِمَنْ كَانَ يَتَوَلاَّهُ Allâhumarham ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw‘atahu, wa askin ilayhi min rahmatika yastaghnî bihâ ‘an rahmatin min siwâka, wa alhiqhu biman kâma yatawallâhu. Ya Allah, kasihi keterasingannya, sambungkan kesendiriannya, hiburlah kesepiannya, tenteramkan kekhawatirannya, tenangkan ia dengan rahmat-Mu yang dengannya tidak membutuhkan kasih sayang dari selain-Mu, dan susulkan ia kepada orang yang ia cintai. Ibnu Thawus mengatakan: Jika kamu hendak berziarah ke kuburan orang-orang mukmin, maka hendaknya hari Kamis, jika tidak, maka waktu tertentu yang kamu kehendaki, menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangan pada kuburannya dan membaca doa tersebut. Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah ke orang-orang yang telah meningga? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini: اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جُنُوبِهِمْ وَ صَاعِدْ إِلَيْكَ أَرْوَاحَهُمْ وَ لَقِّهِمْ مِنْكَ رِضْوَانًا وَ أَسْكِنْ إِلَيْهِمْ مِنْ رَحْمَتِكَ مَا تَصِلُ بِهِ وَحْدَتَهُمْ وَ تُونِسُ بِهِ وَحْشَتَهُمْ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْ‏ءٍ قَدِيرٌ Allâhumma jâfil ardha ‘an junûbihim, wa shâ’id ilayka arwâhahum, wa laqqihim minka ridhwânâ, wa askin ilayhim mir rahmatika mâ tashilu bihi wahdatahum, wa tûnisu bihi wahsyatahum, innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr. Ya Allah, luaskan kuburan mereka, muliakan arwah mereka, sampaikan mereka pada ridha-Mu, tenteramkan mereka dengan rahmat-Mu, rahmat yang menyambungkan kesendirian mereka, yang menghibur kesepian mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Disarikan dari kitab Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 567-570)
http://seputarpamijahan.blogspot.com/

image

Kamis, 30 Oktober 2014

syeh Abdul Muhyi Pamijahan

syeh Abdul Muhyi Pamijahan

SYEKH HAJI ABDUL MUHYI

Kanjeng Syekh Abdul Muhyi (Pamijahan Tasikmalaya) * Eyang Siti Fatimah (Cibiuk, Leuwigoong Garut) * Embah Bangkerong (Gunung Karantjang) * Eyang Tjakra Dewa (Situ Lengkong, Pandjalu Ciamis) * Eyang Prabu Tadji Malela (Gunung Batara Guru) . 16. Sri Baduga Maharaja Prabu Wangi (Lingga Buana) – Kakek dr Sri Baduga Maharaja Siliwangi 17. Sri Prabu Dewa Naskala Ningrat Kencana (Ayahanda dr Prabu Siliwangi) 18. Hyang Makukuhun Wali Haji Sakti Galuh Pakuwon. Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam Ulakan (dari Pariaman, Sumatera Barat) dan Syekh Abdul Muhyi Kanjeng Syekh Abdul Muhyi (Pamijahan Tasikmalaya) Eyang Siti Fatimah (Cibiuk, Leuwigoong Garut) Embah Bangkerong (Gunung Karantjang) Eyang Tjakra Dewa (Situ Lengkong, Pandjalu Ciamis) Eyang Prabu Tadji Malela (Gunung Batara Guru) . subang dimakamkan di Bukit Pasir Gajah Majalaya Cikundul beserta sanak saudara dan keturunan2 beliau termasuk Camat Cikalong Pertama dan Cicitnya yang Pendiri Silat Cikalong Eyang Mama Haji Ibrahim Djajaperbata Bin Dalem Aom Rajadiradja. Oleh Abdul Hadi W. M. Jawa Timur adalah propinsi tempat saduran karya penyair Parsi terkenal abad ke-13 M, Syekh Sa guru-gurunya serta perjalanannya menunaikan ibadah haji ke Syekh Haji Abdul Muhyi; Kesultanan Cirebon; Analisis Historis Tentang Sunan Gunung Djati; Perilaku Politik Orang Sunda; Haji Hasan Mustapa; Klikan PinunjulVaksin Meningitis Haji: Halal atau Haram; TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid; Tgk H Abdul Aziz Bin Shaleh, Pejuang untuk Dayah; Syekh Yasin al-Padangi; Syekh Haji MuhyiKhusus mengenai maqam para wali dan penyebar Islam di tanah Pasundan adalah termasuk cukup banyak seperti Syeikh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Rahmat (Garut), Eyang Papak (Garut), Syeikh Jafar Sidik (Garut), Sunan Mansyur (Pandeglang), dan Syeikh . Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang pertama sukses menyebarkan agama Islam di tatar Sunda adalah Pangeran Cakrabuana atau Walangsungsang atau Ki Samadullah atau Haji Abdullah Iman.
Muhyi al-din al-Arbili, of which various acted under instructions from a certain Haji Sawangan kana wawacan layang Syekh Abdul Qodir Jaelani.Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullah Pamijahan: Grafiana Offset. Krauss, W. 1995. An Enigmatic Saint: Sheykh Abdulmuhyi of Pamijahan (1640-1715).Haji Palopo and the propagation of the Khalwatiyya 1987 Syekh Yusuf Makasar; Riwayat Afandi Qirbas (Qarabash), Khair ad-Din al-Kharqani, Muhyi ad Dalam kitab `martabat tujuh` baik yang dikarang oleh Syeh Abdul Muhyi maupun karya Haji Hasan Mustapa yang merupakan saduran karya penyair Parsi terkenal abad ke-13 M, Syekh Kangjeng Shaykh Haji Abdul Muhyi, aku Syekh Abdul Muhyi to return straightway to Geresik and to withdraw to a cave in which Syekh Haji Abdul Qadir had been
Di sini Syeikh Haji Abdul Muhyi mendirikan masjid tempat ia memberikan pengajian untuk mendidik para kader yang dapat membantunya menyebarkan agama Islam lebih jauh ke bagian selatan Jawa Barat. Setelah empat tahun menetap di Lebaksiuh, didirikan oleh Syekh Abdullah Asy-Syattar, dikembangkan di Indonesia mula-mula oleh Syekh Abdur Rauf Singkel, dan menyebar ke Jawa Barat karena peranan Syekh Haji Abdul Muhyi, salah seorang murid Syekh Abdur Rauf Singkel. Di sini (di sela-sela gerilya menghadapi tentara Belanda yang didukung oleh Sultan Haji) Syekh Yusuf sempat memberikan kenang-kenangan sebuah kitab tasawuf kepada Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Ada dua alasan mengapa keduanya begitu akrab
Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam dari Pariaman, Sumatera Barat) dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (dari
Abdul Muhyi, Syeikh Haji (Mataram, Lombok, 1071 H/1650 M-Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya, Jawa Barat 1151 H/1730 M). Ulama tarekat Syattariah, penyebar agama Islam di Jawa Barat bagian selatan. Karena dipandang sebagai wali,
Salah satu obyek wisata religius di Tatar Sunda yang banyak diziarahi orang adalah makam Syekh Haji Abdul Muhyi. Makam ini terletak di Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, 65 kilometer arah selatan dari pusat kota Tasikmalaya.
Syeikh Haji Abdul Muhyi adalah salah seorang keturunan bangsawan. Ayahnya bernama Sembah Lebe Warta Kusumah, adalah keturunan raja Galuh (Pajajaran). Abdul Muhyi lahir di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada 1071 H/1660 M dan Demikian pula, ziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi dan dilanjutkan dengan penerebotan gua Saparwadi, dianggap ekivalen dengan pergi haji ke Mekkah. Anggapan ini direpresentasikan oleh tingkat keistimewaannya dalam penetrasi gua Saparwadi.
http://seputarpamijahan.blogspot.com/

Syech Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya, Putra Bungsu Panji Wanayasa Kelahiran Tapos Depok.

Syech Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya, Putra Bungsu Panji Wanayasa Kelahiran Tapos Depok.

Gua Safarwadi , Tempat Tafakur Raden Abdul Muhyi
Syech Abdul Muhyi adalah tokoh ulama legendaris yang lahir di Tapos Depok tahun 1650. Beliau merupakan putra Raden Panji Wanayasa di Jatijajar Tapos Depok, Darah Mataram mengalir deras karena beliau adalah canggah Panembahan Senopati Mataram, serta cicit ki Ageng Mangir Pembayun. Ia tumbuh dan menghabiskan masa mudanya di Depok, Imogiri  dan lama bermukim di Gresik dan Ampel, Jawa Timur. Ia pernah menuntut ilmu di Pesantren Kuala Aceh selama delapan tahun. Ia kemudian memperdalam Islam di Baghdad pada usia 27 tahun dan menunaikan ibadah haji.  Setelah berhaji, ia kembali ke Jawa untuk membantu misi ayahnya Panji Wanayasa menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Awalnya Abdul Muhyi menyebarkan Islam di Darma, Kuningan, dan menetap di sana selama tujuh tahun. Selanjutnya, atas perintah abangnya Arief Maulana Garut ia mengembara hingga ke Pameungpeuk, Garut Selatan, selama setahun.
Syekh Abdul Muhyi. Di dalam silsilah Mataram, adalah putra Bungsu Raden Panji Wanayasa  disebutkan sebagai anak ketiga Raden Tumenggung Bagus Wanabaya dan cucu Raden Ayu Roro Pembayun Putri dari Panembahan Senopati Mataram yang memerintah pada paruh pertama abad XVI. Abdul Muhyi, Syeikh Haji (Tapos Depok Jawa Barat, 1071 H/1650 M-Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya, Jawa Barat 1151 H/1730 M). Syech Abdul Muhyi adalah guru dari Syech Yusuf Al Makassari. Ulama tarekat Syattariah ini dalam naskah Kitab Istiqlal Thariqah Qadariyah Naqsabandiyah juga disebutkan bahwa ada tiga guru tarekat yang diwarisi tasawuf Pamijahan yaitu: Abdul Qadir Jaelani, Abdul Jabbar dan Abdul Rauf Singkel. Apabila Abdul Qadir Jaelani disebut sebagai ‘wali awal’, maka Abdul Muhyi dianggap sebagai ‘wali penutup’. Kedudukan ini memang dibuktikan oleh kenyataan bahwa setelah wafatnya, keturunan Abdul Muhyi tidak lagi menggunakan gelar Syekh. Istilah ‘wali penutup’ memang menjadi pertanyaan, sebab dalam sejarah Islam wali akan tetap ada setiap zaman, tetapi hanya para ‘wali’ yang mengetahui keberadaan seorang ‘wali’.  
Sebagai keturunan raja, tidak banyak disebutkan dalam Kitab Istiqlal Thariqah Qadariyah Naqsabandiyah perihal garis silsilah bapak, tetapi dijelaskan di dalam naskah lain yang disebut  dari Ratu Galuh. Ayah Syekh Abdul  Muhyi yang bernama Raden Panji Wanayasa Jatijajar yang adalah keturunan dari Ratu Galuh (neneknya, Nyi Linggar Jati istri Bagius Wanabaya di Kebayunan Tapos Depok). Perkawinan Panji Wanayasa putri Sunda melahirkan 5 orang anak: Arif Muhammad, Untung (Saat itu belum bernama Suropati), Abdul Manaf,  terakhir adalah Syekh Abdul Muhyi Syekh Abdul Muhyi mempunyai hubungan kekerabatan tidak langsung dengan Sultan Pajang, Pangeran Adiwijaya (Jaka Tingkir),
Silsilah Bupati Sukapura menurut naskah Leiden Cod. Or. 7445 secara Genealogi dimulai dari empat orang isteri Syekh Abdul Muhyi, itupun terutama dari isteri yang pertama (Sembah Ayu Bakta) sebagai leluhur para bupati Sukapura dari pihak ibu, adalah putri dari Sembah Dalem Sacaparana.
Selain itu, R. Ajeng Halimah atau disebut juga Ayu Salamah, putri ketiga dari Raden Tumenggung Anggadipa Wiradadaha III, penguasa Sukapura (Tasikmalaya) waktu itu, dan juga adik bungsu dari Raden Yudanagara I, adalah juga salah seorang istri Syekh Abdul Muhyi.

Abdul Muhyi melanjutkan pengembaraannya hingga ke daerah Batuwangi dan Lebaksiuh. Setelah empat tahun menetap di Lebaksiuh, ia bermukim di dalam goa, yang sekarang dikenal sebagai Goa Safarwadi, dengan maksud untuk mendalami ilmu agama dan mendidik para santrinya.
Keberadaan Goa Safarwadi ini erat kaitannya dengan kisah perjalanan Syech Abdul Muhyi. Dikisahkan, pada suatu saat ia mendapat perintah dari gurunya yakni Syekh Abdul Rauf Singkel (dari Kuala Aceh), untuk mengembangkan agama Islam di Jawa Barat bagian selatan sekaligus mencari tempat yang disebutkan dalam ilham dengan sebuah gua khusus sebagai tandanya.
Setelah melalui perjalanan yang sangat panjang dan berat, pada suatu hari ketika sedang asyik bertafakkur, memuji kebesaran Allah, Syech Abdul Muhyi tiba-tiba menoleh ke arah tanaman padinya, yang didapati telah menguning dan sudah sampai masanya untuk dipanen.
Konon, setelah dipanen, hasil yang diperoleh ternyata tidak kurang juga tidak lebih atau hanya mendapat sebanyak benih yang ditanam. Mengetahui hal ini ia menjadi sangat terkejut sekaligus gembira, karena itu adalah pertanda bahwa perjuangannya mencari gua sudah dekat.
Upaya pertama untuk memastikan adanya gua yang dicari dan ternyata berhasil ini, dilanjutkan dengan cara menanam padi kembali di lahan sekitar tempat tersebut. Sambil terus berdoa kepada Allah SWT upaya ini pada akhirnya juga mendapatkan hasil. Padi yang ditanam, berbuah dan menguning, lalu dipetik hasilnya, ternyata menuai hasil sama sebagaimana yang terjadi pada peristiwa pertama. Hal ini semakin menambah keyakinan Syech Abdul Muhyi bahwa di tempat itulah (di dalam gunung) terdapat gua yang dicarinya.
Suatu hari ketika sedang berjalan ke sebelah timur gunung tersebut, sambil bermunajat kepada Allah SWT, Syech Abdul Muhyi tiba-tiba mendengar suara air terjun dan kicauan burung-burung kecil dari tempat tersebut. Ia kemudian melangkah turun ke tempat di mana suara itu berada, dan di sana ia melihat sebuah lubang besar yang ternyata sesuai dengan sifat-sifat gua yang cirri-cirinya telah ditunjukkan oleh gurunya.
Seketika itu juga terangkatlah kedua tangan Syekh Abdul Muhyi, menengadah ke atas sambil mengucap doa sebagai tanda syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan pertolongan pada dirinya dalam upaya menemukan gua yang dicari.
Peristiwa penemuan gua ini terjadi pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, tahun 1111 H/1690 M, setelah perjuangan berat dalam mencarinya selama kurang lebih 12 tahun. Usia Syech Abdul Muhyi sendiri pada waktu itu adalah genap 40 tahun. Dan gua tersebut pada nantinya akan dikenal dengan nama Gua Pamijahan.
Gua Pamijahan terletak di sebuah kaki bukit yang sekarang dikenal dengan sebutan Gunung Mujarod. Nama ini diambil dari kata bahasa Arab yang berarti “tempat penenangan” atau dalam bahasa Sunda disebut sebagai; tempat “nyirnakeun manah”, karena Syech Abdul Muhyi sering melakukan taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) di dalam gua tersebut. Pamijahan dalam bahasa Jawa juga berarti membunuh (pejah) hawa nafsu. Gua Pamijahan ini pada dasarnya memiliki makna khusus dalam perjalanan dakwah dan spiritual Syech Abdul Muhyi. Penemuan dan keberadaan gua ini seolah menjadi simbol yang menandakan bahwa perjalanan spiritual Syech Abdul Muhyi telah mengalami puncaknya. Selain itu, selalu terdapat makna dan fungsi khusus dalam setiap hal yang terhubung secara istimewa dengan tokoh yang menjalaninya.
Hal ini bisa dipahami karena seperti yang diungkapkan oleh Martin Van Bruinessen, bahwa para tokoh sejarah Islam di nusantara khususnya, biasa melakukan pendekatan supranatural dalam rangka meningkatkan kharisma mereka. Gua besar di Pamijahan (Tasikmalaya Selatan) sebagai tempat Syech Abdul Muhyi melakukan ‘riyadhah spiritual’, dan salah satu pusat penyebaran tarekat Syathariyah di Pulau Jawa adalah contoh dari hal tersebut.
Para juru kunci di tempat ini bahkan menunjukkan sebuah lorong sempit yang konon dilalui oleh Syech Abdul Muhyi untuk pergi ke Makkah setiap Jum’at. Sementara itu di Cibulakan (Pandeglang-Banten) misalnya, juga terdapat sebuah sumur yang konon berhubungan dengan sumber air zam-zam di Makkah. Menurut riwayat, Maulana Mansyur, yang diyakini sebagai wali, yang dimakamkan di Cikaduwen, pulang dari Makkah melalui sumber mata air zam-zam dan muncul di sumur ini.
Ringkasnya, hingga saat ini masih ada “kyai” di Jawa, yang menurut para pengikutnya yang paling fanatik, setiap Jum’at secara gaib pergi sembahyang di Masjidil Haram. Semua ini juga menandaskan perihal lain, yakni kuatnya peranan haji dan Makkah serta hubungannya dengan tradisi spiritual sebagai legitimasi kekuasaan atau keilmuan seseorang, dalam pandangan orang Jawa.
Di lingkungan kekeramatan Pamijahan sendiri terdapat beberapa kisah yang mengandung pengertian di atas. Satu kisah yang sering beredar menyebutkan bahwa, konon Syech Abdul Muhyi bersama Maulana Mansyur dan Ja’far Shadiq sering shalat di Makkah bersama-sama lewat Gua Pamijahan. Ketiga orang itu memang dikenal mempunyai ikatan persahabatan yang sangat erat.
Kisah supranatural lain di lingkungan kekeramatan Pamijahan adalah kisah yang menjadi muasal diharamkannya merokok di lingkungan tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat, pada suatu hari Syech Abdul Muhyi dan Maulana Mansyur berada di Makkah hendak pulang ke tanah Jawa, keduanya kemudian berunding tentang pemberangkatan bahwa siapa yang sampai lebih dulu di Jawa, hendaklah menunggu salah seorang yang lain di tempat yang telah ditentukan.
Lalu berangkatlah kedua sahabat tersebut dengan cara masing-masing, yakni; Syeikh Maulana Mansyur berjalan di atas bumi sedangkan Syech Abdul Muhyi di bawah bumi, keduanya sama-sama menggunakan kesaktiannya.
Namun, ketika Syech Abdul Muhyi sedang berada dalam perjalanan di bawah laut, tiba-tiba ia merasa kedinginan, lalu berhenti sebentar. Sewaktu hendak menyalakan api dengan maksud untuk merokok, tanpa disangka muncul kabut yang membuat sekelilingnya jadi gelap. ia terpaksa berdiam diri menunggu kabut tersebut menipis sambil merokok. Namun kabut itu ternyata semakin menebal. Akhirnya ia teringat bahwa merokok itu perbuatan yang makruh (dibenci Allah). Maka seketika itu juga ia merasa berdosa dan segera bertaubat kepada Allah SWT. Bersamaan dengan itu kabut pun menghilang, dan akhirnya ia bisa berangkat lagi meneruskan perjalanannya.
Mulai saat itulah Syech Abdul Muhyi menjauhkan diri dari merokok, bahkan bisa dikatakan mengharamkan rokok untuk dirinya. Sedang kepada keluarga dan pengikutnya, ia  hanya melarang mereka merokok sewaktu di dekat dirinya.
Oleh karena itu, di daerah Pamijahan ada tempat tertentu yang dilarang secara adat untuk merokok, khususnya tempat yang berada di sekitar makam Syech Abdul Muhyi. Adapun batas-batas wilayah larangan merokok antara lain: sebelah timur daerah Kaca-Kaca, sebelah barat jalan yang menuju ke gua dimulai dari masjid Wakaf, sebelah selatan dimulai dari makam Dalem Yudanagara (+ 300 m) dari makam Syech, sedang sebelah utara (±300 m) dari makam Syech, yaitu jalan umum yang menuju ke Makam Eyang Abdul Qohar di Pandawa.
Singkat kata, wilayah-wilayah dengan batasan yang telah ditentukan tersebut adalah daerah larangan merokok menurut adat yang berlaku.
Kisah-kisah semacam ini tidak akan dibahas lebih jauh. Yang perlu direnungi adalah hikmah yang berada di baliknya. Sebab, setiap cerita yang ada pada dasarnya menunjukkan keluasan ilmu, keluhuran pribadi dan kemuliaan pengabdian Syech Abdul Muhyi kepada masyarakat dalam perjuangannya mengajarkan prinsip-prinsip Islam dan menjauhkan mereka dari bentuk-bentuk kepercayaan yang sesat.
Pamijahan sendiri pada dasarnya adalah nama sebuah kampung yang letaknya di pinggir kali, sehingga ia merupakan tempat yang menguntungkan karena masyarakat sekitar dapat mengolahnya untuk mengembang-biakkan ikan, akan tetapi kondisi ini juga bisa sebaliknya, yakni kadang-kadang membawa bencana, seperti banjir yang melanda daerah tersebut beberapa waktu yang lalu. Peristiwa ini membuat banyak rumah yang hanyut karena tidak kuat menahan banjir. Oleh karena itu pula, bangunan-bangunan yang sekarang masih ada dan terletak di tepi sungai harus dibuat permanen.
Pamijahan termasuk ibu kota Desa di Wilayah Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Sebelum Syech datang ke Pamijahan, sudah ada kampung yakni daerah Bojong, wilayah Sukapura, terletak di sebelah Timur Laut dari kampung Pamijahan sekarang, yang kini dikenal dengan nama Kampung Bengkok. Di sana terdapat makam Dalem Sacaparana, mertuanya Syech Abdul Muhyi.
Adapun kata “Pamijahan” adalah nama baru, di masa hidup Syech Abdul Muhyi sendiri nama tersebut belum dikenal. Wilayah ini disebut oleh Syech Abdul Muhyi dengan istilah Safar Wadi. Nama ini diambil dari kata Bahasa Arab, yakni: safar yang berarti “jalan” dan wadi yang berarti “lembah”. Jadi, Safar Wadi adalah jalan yang berada di lembah. Hal ini disesuaikan dengan letaknya yang berada di antara dua bukit di pinggir kali.
Namun sekarang Safar Wadi dikenal juga dengan nama Pamijahan, karena banyak orang yang berdatangan dari pelosok Pulau Jawa secara berduyun-duyun, laksana ikan yang akan bertelur (mijah). Karena itu nama Safar Wadi kemudian berganti menjadi Pamijahan, sebab mempunyai arti yang hampir mirip dengan tempat ikan akan bertelur, dan bukan berarti tempat “pemujaan”.
Goa Safarwadi merupakan salah satu tujuan utama peziarah yang berkunjung ke Pamijahan. Panjang lorong goa sekitar 284 meter dan lebar 24,5 meter. Peziarah bisa menyusuri goa dalam waktu dua jam. Salah satu bagian goa yang paling sering dikunjungi adalah hamparan cadas berukuran sekitar 12 meter x 8 meter yang disebut sebagai Lapangan Baitullah. Tempat itu dulu sering dipakai shalat oleh Syech Abdul Muhyi bersama para santrinya.
Di samping lapangan cadas itu terdapat sumber air Cikahuripan yang keluar dari sela-sela dinding batu cadas. Mata air itu terus mengalir sepanjang tahun. Oleh masyarakat sekitar, air itu dipopulerkan sebagai air “zam-zam Pamijahan.” Air ini dipercaya memiliki berbagai khasiat. Menjelang Ramadhan, para peziarah di Pamijahan tak lupa membawa botol air dalam kemasan, bahkan jerigen, untuk menampung air “zam-zam Pamijahan” itu. Dengan minum air itu, badan diyakini tetap sehat selama menjalankan ibadah puasa.
Syech Muhyi ini disebut juga oleh bangsa wali lainnya dengan gelar A’dzomut Darojat, yang artinya “orang yang mempunyai derajat agung.” Bercerita tentang derajat kewaliyan, tentu kita hanya paham atau mengerti secara sepintas, bahwa yang disebut derajat seperti ini hanya ada di zaman Wali Songo. Sebenarnya pemahaman seperti ini tidak benar, karena derajat Waliyulloh akan terus mengalir hingga sampai pada akhir zaman sebagai sunnaturrosul.
Syech Abdul Muhyi dalam sejarah hidupnya adalah seorang yang zuhud, pintar, sakti dan terkenal paling berani dalam memerangi musuh Islam khususnya ia membantu Syech Yusuf dan Sultan Ageng Tirtayasa memerangi VOC Belanda dan ia tak pernah tertangkap dalam peertempuran melawan VOC itu. Namun semua itu adalah masa lalu dan kini hanya tinggal kenangan belaka. Hanya saja walau ia sudah ratusan tahun telah tiada, namun rohmat serta kekeramatannya masih banyak diburu, terutama oleh para peziarah yang minta berkah lewat wasilahnya.
http://seputarpamijahan.blogspot.com/

Sejarah Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) dalam Kaitan dengan Syech Abdul Muhyi (edisi Ziarah Wali Tasikmalaya)

Sejarah Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) dalam Kaitan dengan Syech Abdul Muhyi (edisi Ziarah Wali Tasikmalaya)

Plang Informasi di depan Goa Safarwadi (Goa Pamijahan)

Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) terletak di kaki Gunung Mujarod, Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong , Tasikmalaya, Jawa Barat. Berjarak kira - kira 6km dari makam Syech Abdul Muhyi. Rumor yang beredar ketika kami mencari informasi mengenai Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) adalah goa mistik dan angker yang berisikan orang yang datang bersemedi. 

Kedatangan kami ke Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) membuktikan bahwa rumor tersebut tidak benar. Banyak peziarah yang mengunjungi Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) sebagai napak tilas perjuangan Syech Abdul Muhyi. Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki,dingin dan terjalnya jalan, membuat peziarah dapat merasakan sebagian kecil bagaimana perjuangan Syech Abdul Muhyi.

Peziarah menaiki Tangga Menuju Goa Safarwadi (Goa Pamijahan)

Penemuan Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) oleh Syech Abdul Muhyi adalah pencarian beliau selama belasan tahun sejak menerima perintah guru Beliau, Syech Abdul Ra'uf bin Ali Alfansuri (Syiah Kuala) untuk mencari goa di pulau Jawa bagian barat. Perintah untuk menemukan Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) diterima pada tahun 1677 M/ 1099H ketika Syech Abdul Ra'uf bin Abdul Jabar dan Syech Abdul Muhyi pulang ke Kuala (Aceh) dari berhaji di Mekkah, Saudi Arabia. 

Perjalanan menemukan Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) dilakukan oleh Syech Abdul Muhyi dan keluarganya ditempuh dengan berjalan kaki. Selama dalam perjalanan semangat dan rasa ketawakalan kepada Allah SWT mengarahkan Syech Abdul Muhyi dari Gersik kemudian ke Darma Kuningan dilanjutkan ke Pamengpeuk (Garut Selatan) lalu ke tempat bernama Batuwangi kemudian ke Lebaksiuh sehingga akhirnya tiba diatas Gunung Kampung Cilumbu (sebelah timur dari Lebaksiuh berjarak kurang lebih 6km). Tempat terakhir yang disinggahi Syech Abdul Muhyi tersebut kemudian diberi nama Gunung Mujarod.


Pemandangan dalam Perjalanan Kaki
 menuju Goa Safarwadi (Goa Pamijahan)

Perjuangan menemukan dilakukan Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) oleh Syech Abdul Muhyi adalah 12 tahun. Penemuan Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) adalah tahun 1690 M disaat Syech Abdul Muhyi genap berusia 40 tahun. Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) terletak di kaki gunung yang diberi nama oleh Syech Abdul Muhyi dengan Gunung Mujarod. 

Nama Gunung Mujarod tersebut diambil dari bahasa arab yang berarti tempat penenangan atau dalam bahasa sunda nyirnakeun manah. Nama yang berarti tempat menyirnakan diri menenangkan hati tersebut diberikan karena Syech Abdul Muhyi sering taqorub mendekatkan diri kepada Allah SWT.



Penduduk Pamijahan yang Membantu Mengisi Air Kahuripan
di Dalam Goa  Safarwadi (Goa Pamijahan)

Hingga kini, setelah 282 tahun meninggalnya Syech Abdul Muhyi (1730 M - 2012 M), para peziarah tak berhenti mendatangi Goa Safarwadi (Goa Pamijahan). Tidak hanya dari Jawa Barat, peziarah berdatangan dari daerah Jawa Timur, Kalimantan bahkan mancanegara yaitu Singapura dan Malaysia. 


Denyut nadi spiritual tidak kenal beristirahat, 24 jam penduduk Pamijahan menerima peziarah dengan senyum dan ketulusan hati membantu. Toko di sekitar jalan menuju Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) dari makam Syech Abdul Muhyi menjajakan souvenir, makanan khas, jirigen air, minuman buka 24 jam. 

Bagi Pak Totoy, pemandu kami, karamah Syech Abdul Muhyi tak lekang oleh waktu. Dengan tak pernah berhentinya pengunjung, ia dapat menghidupi dan menyekolahkan 2 anaknya, membiayai istri dan ibu mertuanya yang sakit stroke. 

Quote yang berharga dari Pak Totoy adalah " Yang Mati telah Menghidupi Yang Hidup" yang berarti walau Syech Abdul Muhyi telah berpulang ke Rahmatullah, tetapi keberkahan Beliau di Goa Safarwadi (Goa Pamijahan) menghidupi penduduk sekitar hingga kini.
http://seputarpamijahan.blogspot.com/

Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan

Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan
Syekh Abdul Muhyi Pamijahan
Beragam cerita mistik terkadang sulit dicerna oleh akal manusia, berbagai permasalan dan perubahan alam yang kerap terjadi, semua bagai perjalanan biasa dalam pandangan manusia dizaman sekarang. Dalam kondisi seperti ini manusia hanya bisa tahu, bahwa apapun yang terjadi semua adalah kehendak yang maha kuasa. Krisis akan pemahaman tentang sebuah ilmu supranatural, menjadikan mereka tidak tahu menahu tentang segala kebesaran Allah SWT, yang bersifat, sirriyah/ rahasia. Sehingga dengan ketidak tahuan ini apapun rohmat yang diberikan oleh Al Khalik, kepada seluruh umat manusia, semua akan dilewatinya begitu saja tanpa kita
bisa merasakan akan segala kenikmatan yang terkandung dalam rohmat tersebut. Dalam hal ini, segala derajat, pangkat, martabat dan kedudukan yang sedang diinginkan akan musnah berpindah kelain orang yang lebih mengerti akan tatakrama seputar keagungan ilmu supranatural/ ilmu bersifat bathiniyah. Nah, sebagai kajian kali ini Misteri akan mengupas tentang sebuah isyaroh yang lagi ramai diperbincangkan para ulama khosois, di ntaranya, akan terjadi suatu kehebohan di uncak bukit Pamijahan Tasik jawa Barat. Tentu di ntara anda sekalian sudah pernah ada yang mengenal/ sudah pernah datang ketempat pesarean, Syeikh Muhyi pamijahan. Dalam status kewaliyan, beliau ini tergolong, Mindarojatil Nuqoba’/ Waliyulloh yang mempunyai sifat pemaaf dan setiap waktunya selalu mendoakan seluruh umatnya agar mereka senantiasa hidup dengan penuh kemakmuran. Sifat seperti ini pula yang dimiliki oleh para bangsa malaikat dalam mendoakan seluruh umat, Muhammad SAW, sehingga Syeikh Muhyi ini disebut juga oleh bangsa wali lainnya dengan gelar, A’dzomut darojat/ orang yang mempunyai derajat agung. Bercerita tentang derajat kewaliyan, tentu kita hanya paham atau mengerti secara sepintas, bahwa yang disebut derajat seperti ini hanya ada dizaman wali songo. Sebenarnya pemahaman seperti ini tidak benar, karena derajat waliyulloh akan terus mengalir hingga sampai pada akhir zaman sebagai sunnaturrosul. Seperti pada zaman pertengahan misalnya, derajat seorang waliyulloh telah membanjiri berbagai kota, seperti, Yaman, Turkei, Mesir, Arab dan daerah Timur Tengah lainnya. Konon derajat derajat seperti ini turun temurun dari zaman kezaman, seperti dari masa, imam Ibnul ‘Arobi, Aziz Assmarkondi, Sulthon Syeikh Ustman, Syeikh Abdul Qodir Al Jaelani, Abu Hasan Assyadili, Robiyatul Adawiyyah, Sofyan Assauri, Malik bin Dinar, dll. Sedangkan dizaman Wali Songo, seperti, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Gresik, Sunan Udung, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Kali Jaga, Sunan gunung Jati, Sunan Magribi, Sunan Gentong, Sunan Walangsungsang, Sunan fatahilah, Sulthon Hasanuddin Banten, Syeikh Muhyi Pamijahan, Syeikh Qurrotul ‘Ain karawang, dan masih banyak ratusan nama wali lainnya dalam kurun zaman yang sama. Dari sejarah Wali Songo, derajat wali lainnya mulai bermunculan disela semua para Wali Songo sudah tiada, seperti, Ki Tholha, Abah Muslim. Abah Zakariya, Ki gede Surya Negara, Pangeran Derajat dan ribuan nama Wali lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Nah, sebagai pemahaman tentang derajat sorang Waliyulloh, disini Allah SWT, menempatkan mereka dalam derajat yang tidak sama, tentunya derajat yang dimaksud disini, tergantung dari keluasan dan kedudukan yang mereka emban, walau dalam hakikinya mereka semua ini adalah Waliyulloh. Intinya, mereka para Waliyulloh tetap butuh akan segala pemahaman ma’rifat yang lebih tinggi yaitu, tetap mencari guru mursyid yang lebih luas dalam hal ilmu bersifat Robbani, guru yang dimaksud tiada lain adalah, orang yang lebih tinggi derajatnya. Kembali kecerita Syeikh Muhyi, dalam sejarah hidupnya beliau seorang yang zuhud, pintar, sakti dan terkenal paling berani dalam memerangi musuh Islam. Namun semua itu adalah masa lalu beliau dan kini hanya tinggal kenangan belaka. Hanya saja walau beliau sudah ratusan tahun telah tiada, namun rohmat serta kekeramatannya masih banyak diburu, terutama oleh para peziarah yang minta berkah lewat wasilahnya. Mengenal jati diri Syeikh Muhyi, yang kurun zamannya setara dengan para Wali Songo, sesungguhnya dalam derajat kewaliyan, Syeikh Muhyi ini masih dibawah beberapa wali lainnya, seperti, Sunan Gunung Jati, Sulthan Hasanuddin Banten, Mbah Cakra Buana, Pangeran Panjunan, Pangeran Cirebon dan Sunan Kali Jaga serta yang lainnya. Namun dalam suatu penghormatan, Syeikh Muhyi ini tergolong orang yang sangat dimulyakan oleh para wali lainnya pada masa tersebut, semua bukan karena derajatnya sebagai seorang Waliyulloh Kamil, melainkan dari tempat yang dihuninya yang menjadikan semua waliyulloh sangat menghormatinya. Sebab dalam tempat yang dihuni oleh Syeikh Muhyi ini, ada satu tempat yang sangat dimulyakan oleh seluruh wali sedunia, yaitu, goa puncak mujarob. Dimana goa ini berlokasi diatas areal puncak Pamijahan yang sekarang tidak boleh dimasuki oleh para peziarah. Sebagai goa yang sangat dimulyakan, tentunya asal usul goa ini punya sejarah tersendiri dalam kehidupan alam nyata sehingga sampai saat ini masih sangat dimulyakan keberadaannya oleh seluruh bangsa Waliyulloh. Nah, disini Misteri akan sedikit mengupas tentang sejarah goa mujarob. Sebelum Walisongo tercipta dibumi tanah Jawa, jauh jauh goa mujarob telah ditempati oleh seorang Waliyulloh yang diberikan umur panjang hingga kini oleh Allah SWT, beliau ini bernama, Syeikh Sanusi, yang terlahir dizaman para sahabat Rasulullah SAW. Lewat sebuah kesempurnaan ilmunya, Allah SWT, memberikan padanya derajat, Quthbul Jalaliyah/ orang yang mengesahkan derajat kewaliyan seseorang. Dari riwayat hidup yang beliau jalani, hampir seluruh wali dimuka bumi ini semua melalui pengesahannya. Bahkan didalam kehidupan seorang Waliyullah Kamil sekalipun, seperti, Syeikh Abdul Qodir Al Jailani, yang mana pernah menjadi salah satu muridnya dan derajat kewaliyannya juga disahkan olehnya. Sebagai seorang dedengkot wali Jawa, Syeikh Sanusi ini punya kelebihan lain, seperti halnya, Nabiyulloh Hidir AS, yang mempunyai, MA’UL HAYAT/ air kehidupan. Sedangkan Syeikh Sanusi, mempunyai, MA’UL MUJAROB/ air istijabah. Dari kedua air ini, siapapun yang bisa meminumnya, niscaya segala umur kita bisa ditangguhkan sampai pada hari kiamat tiba. Namun sayangnya, sejarah syeikh Sanusi jarang sekali orang tahu, mungkin karena kurunya yang lebih terbelakang jauh sebelum para Wali Songo lainnya, sehingga dalam sejarah tanah Jawa, Syeikh Sanusi jarang sekali masuk dalam data cerita buku sejarah. Berkisah tentang goa mujarob yang ada diatas puncak pamijahan, lokasi ini telah ditutup oleh juru kunci karena karomahnya yang sangat kuat, siapapun yang masuk dalam goa tersebut, mereka tidak bisa keluar kembali, alias mati tanpa ada wujudnya,/ raib. Para peziarah hanya diperbolehkan sampai ke pesarean Syeikh Muhyi. Disisi lain, goa ini telah ditempati dua mahluk lainnya yang sangat ganas, yaitu, seekor ular naga raksasa, yang bernama, raja bumi dan pancarobba kepunyaan, Nyi Roro Kidul, yang setiap saat akan memakan siapapun yang masuk dalam wilayah goa tersebut. Sampai sekarang goa mujarob masih bertengger sangat anggun sekaligus menyeramkan bagi siapapun yang masuk kedalamnya/ coba coba ingin mengantarkan nyawa secara cuma cuma. Sebagai tempat yang sangat diistimewakan oleh seluruh derajat Waliyullah, gua mujarob akan selalu dijadikan symbol dalam segala permasalahan yang ada dibelahan alam jagat raya, khususnya Indonesia. Dan belum lama ini, (?) goa mujarob sering kejatuhan sinar pelangi yang menyerupai seperti tangga, dari rembulan sana sampai tepat diatas puncak Pamijahan. Hal seperti ini banyak dilihat dan diketahui oleh beberapa ulama khosois. Bahkan bukan hanya didaerah Tasik sinar ini bisa dilihat. Daerah lainpun seperti, Cirebon, Indramayu, Demak, Kudus, dan daerah Jawa Timur lainnya, mereka para khososis, telah melihat tentang sinar terang yang menyerupai, tangga bersusun ini. Tak ayal semua ulama seJawa geger dengan adanya sinar yang begitu terang benderang yang selalu muncul dari atas goa mujarob hingga sampai tembus kelangit sana. Hal, seperti ini pernah terjadi 200 tahun yang silam, sebagai pengangkatan seorang raja wali sedunia dan datangnya seorang satria piningit. Pada waktu itu, salah satu dari bangsa wali telah ditunjuk dan diberikan anugrah derajat kepemimpinan wali agung, beliau adalah, syeikh Nawawi Al Banteni/Al Jawi, sedangkan sebagai satria piningitnya adalah, Ki Soleh, Cibogo Benda Kerep Cirebon. Kisah seperti itu telah 200 tahun berlalu dan kini kejadian serupa terulang kembali. Siapa gerangan cikal bakal yang akan menjadi juru selamat Indonesia dan siapa pula yang menjadi satria piningitnya/ president Indonesia, mendatang?. Dalam sebuah kasak kusuk para khosois, puncak Pamijahan bakalan geger disela sinar derajat telah keluar dari sarangnya. Bangsa gaib dan manusia akan menanti siapa pemenang dari pemilihan derajat Waliyullah Kamil dan satria piningit yang bakal ada ditanah Indonesia. Walau dalam hal ini para ahli khosois sudah banyak yang tahu lewat roh mahfud yang dilihatnya, sebuah ketentuan dari derajat Waliyulloh agung yang bakal dipegang oleh seseorang sebagai “ Quthbul Arba’ul ‘Amadu” namun semua ini masih dalam dimensi yang sangat dirahasiakan oleh kalangan para ahlillah waahlir rosul. Semoga dengan kedatangan seorang derajat Waliyullah Kamil yang ada ditanah Indonesia, bangsa ini akan menjadi aman dari segala marabahaya, wabil husus, segala persoalan yang ada diantara orang atas dan bawah akan mudah diatasi tanpa adanya goro goro.

Biografi Syeikh Abdul Muhyi, Sejarah Goa Pamijahan dan Larangannya

Biografi Syeikh Abdul Muhyi, Sejarah Goa Pamijahan dan Larangannya

Biografi Syeikh Abdul Muhyi,
Sejarah ditemukannya Goa Pamijahan, dan
Sejarah dilarangnya merokok di Pamijahan
Syeikh Haji Abdul Muhyi lahir di Mataram sekitar tahun 1650 M /1071 H dan dibesarkan oleh orang tuanya di kota Gresik/ Ampel.
Beliau selalu mendapat pendidikan agama baik dari orang tua maupun dari ulama-ulama sekitar Ampel. Karena ketekunannya menuntut ilmu disertai dengan ibadah disamping kesederhanaan dan kewibawaan yang menempel di dalam diri beliau maka tak heran jika teman-teman sebaya selalu menghormati dan menyeganinya.
Silsilah Keturunan Syeikh Abdul Muhyi
Dari ayah:
Ratu Galuh- Ratu Puhun - Kuda Lanjar- Mudik Cikawung Ading - Entol Penengah - Sembah Lebe Warto Kusumah - Syeikh Haji Abdul Muhyi
Dari Ibu:
Rasulullah saw - Sayyidina Ali karroma Allahu wajhahu dan Fatimati Azzahro’ - Syaidina Husein - Ali Zaenal Abidin - Muhammad Al Baqir- Ja'far Ashodiq - Ali AI'Aridhi - Muhammad - Isa Albasyari - Ahmad Al Muhajir - Ubaidillah - 'Uluwi - Ali Kholi'i Qosim - Muhammmad Shohibul Murobath -‘Uluwi - Abdul Malik - Abdullah Khona - Imam Ahmad Syah - Jamaludin Akbar - Asmar Kandi Gisik Karjo Tuban - Ishak Makdhum - Muhammad Ainul Yaqin - Sunan Giri Laya - Wira Candera - Kentol Sumbirana - Rd. Ajeng Tanganziah - Waliyullah Syeikh Haji Abdul Muhyi.

Biografi  Syeikh Haji Abdul Muhyi
Pada saat berusia 19 tahun beliau pergi ke Aceh/ Kuala untuk berguru kepada Syeikh Abdul Rouf bin Abdul Jabar selama 8 tahun yaitu dari tahun 1090 -1098 H/1669 -1677 M. Pada usia 27 tahun beliau beserta teman sepondok dibawa oleh gurunya ke Baghdad untuk berziarah ke makam Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani dan bermukim di sana selama dua tahun. Setelah itu mereka diajak oleh Syeikh Abdul Rauf ke Makkah untuk menunaikan Ibadah Haji.
Ketika sampai di Baitullah, Syeikh Abdul Rauf mendapat ilham kalau diantara santrinya akan ada yang mendapat pangkat kewalian. Dalam ilham itu dinyatakan, apabila sudah tampak tanda-tanda maka Syeikh Abdul Rauf harus menyuruh santrinya pulang dan mencari gua di Jawa bagian barat untuk bermukim di sana.
Suatu saat sekitar waktu ashar di Masjidil Haram tiba-tiba ada cahaya yang langsung menuju Syeikh Abdul Muhyi dan hal itu diketahui oleh gurunya (Syeikh Abdur Rauf) sebagai tanda-tanda tersebut. Setelah kejadian itu, Syeikh Abdur Rauf membawa mereka pulang ke Kuala/ Aceh tahun 1677 M. Sesampainya di Kuala, Syeikh Abdul Muhyi disuruh pulang ke Gresik untuk minta restu dari kedua orang tua karena telah diberi tugas oleh gurunya untuk mencari gua dan harus menetap di sana. Sebelum berangkat mencari gua, Syeikh Abdul Muhyi dinikahkan oleh orang tuanya dengan “Ayu Bakta” putri dari Sembah Dalem Sacaparana.
Tak lama setelah pernikahan, beliau bersama istrinya berangkat ke arah barat dan sampailah di daerah yang bernama Darma Kuningan. Atas permintaan penduduk setempat Syeikh Abdul Muhyi menetap di Darmo Kuningan selama 7 tahun (1678-1685 M). Kabar tentang menetapnya Syeikh Abdul Muhyi di Darmo Kuningan terdengar oleh orang tuanya, maka mereka menyusul dan ikut menetap di sana.
Perjalan Mencari Goa Pamijahan
Disamping untuk membina penduduk, beliau juga berusaha untuk mencari gua yang diperintahkan oleh gurunya, dengan mercoba beberapa kali menanam padi, ternyata gagal karena hasilnya melimpah. Sedang harapan beliau sesuai isyarat tentang keberadaan gua yang di berikan oleh syeikh Abdur Rauf adalah apabila di tempat itu ditanam padi maka hasilnya tetap sebenih artinya tidak menambah penghasilan maka di sanalah gua itu berada. Karena tidak menemukan gua yang dicari akhirnya Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga berpamitan kepada penduduk desa untuk melanjutkan perjalanan mencari gua.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sampailah di daerah Pamengpeuk (Garut Selatan). Di sini beliau bermukim selama 1 tahun (1685-1686 M), untuk menyebarkan agama Islam secara hati-hati mengingat penduduk setempat waktu itu masih beragama Hindu. Setahun kemudian ayahanda (Sembah LebeWarta Kusumah) meninggal dan dimakamkan di kampung Dukuh di tepi Kali Cikaengan.
Beberapa hari seusai pemakaman ayahandanya, beliau melanjutkan perjalan mencari gua dan sempat bermukim di Batu Wangi. Perjalanan dilanjutkan dari Batu Wangi hingga sampai di Lebaksiu dan bermukim di sana selama 4 tahun (1686-1690 M).
Walaupun di Lebaksiu tidak menemukan gua yang di cari, beliau tidak putus asa dan melangkahkan kakinya ke sebelah timur dari Lebaksiu yaitu di atas gunung kampung Cilumbu. Akhirnya beliau turun ke lembah sambil bertafakur melihat indahnya pemandangan sambil mencoba menanam padi.
Bila senja tiba, beliau kembali ke Lebaksiu menjumpai keluarganya, karena jarak dari tempat ini tidak begitu jauh, +.6 km. Suasana di pegunungan tersebut sering membawa perasaan tenang, maka gunung tersebut diberi nama “ Gunung Mujarod' yang berarti gunung untuk menenangkan hati.
Pada suatu hari, Syeikh Abdul Muhyi melihat padi yang ditanam telah menguning dan waktunya untuk dipetik. Saat dipetik terpancarlah sinar cahaya kewalian dan terlihatlah kekuasaan Allah. Padi yang telah dipanen tadi ternyata hasilnya tidak lebih dan tidak kurang, hanya mendapat sebanyak benih yang ditanam. Ini sebagai tanda bahwa perjuangan mencari gua sudah dekat. Untuk meyakinkan adanya gua di dalamnya maka di tempat itu ditanam padi lagi, sambil berdo'a kepada Allah, semoga goa yang dicari segera ditemukan. Maka dengan kekuasan Allah, padi yang ditanam tadi segera tumbuh dan waktu itu juga berbuah dan menguning, lalu dipetik dan hasilnya ternyata sama, sebagaimana hasil panen yang pertama. Disanalah beliau yakin bahwa di dalam gunung itu adanya goa.
Sewaktu Syeikh Abdul Muhyi berjalan ke arah timur, terdengarlah suara air terjun dan kicaun burung yang keluar dari dalam lubang. Dilihatnya lubang besar itu, di mana keadaannya sama dengan gua yang digambarkan oleh gurunya. Seketika kedua tangannya diangkat, memuji kebesaran Allah. Telah ditemukan gua bersejarah, dimana ditempat ini dahulu Syeikh Abdul Qodir Al Jailani menerima ijazah ilmu agama dari gurunya yang bernama Imam Sanusi.
Goa yang sekarang di kenal dengan nama Goa Pamijahan adalah warisan dari Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang hidup kurang lebih 200 tahun sebelum Syeikh Abdul Muhyi. Gua ini terletak diantara kaki Gunung Mujarod. Sejak goa ditemukan Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga beserta santri-santrinya bermukim disana. Disamping mendidik santrinya dengan ilmu agama, beliau juga menempuh jalan tharekat.
Menurut pendapat yang masyhur sampainya Syeikh Abdul Muhyi ke derajat kewalian melalui thoriqoh mu’tabaroh Satariyah, yang silsilah keguruan/ kemursyidannya sampai kepada Rasulullah Saw. 
Berikut silsilahnya:
Rasululah Saw, Ali Bin Abi Tholib, Sayyidina Hasan, Sayyidina Zainal Abidin, Imam Muhammad Bakir, Imam Ja’far Shodiq, Sultan Arifin, Yazidiz Sulthon, Syeikh Muhammad Maghribi, Syeikh Arabi Yazidil Asyiq, Sayyid Muhammmad Arif, Syeikh Abdulah Satari, Syeikh Hidayatullah Syarmad, Syeikh Haji Hudori, Sayyid Muhammmad Ghoizi, Sayyid Wajhudin, Sayyid Sifatullah, Sayyidina Abdi Muwhib Abdulah Ahmad, Syeikh Ahmad Bin Muhammmad (Ahmad Qosos), Syeikh Abdul Rouf, Syeikh Haji Abdul Muhyi.
Sekian lama mendidik santrinya di dalam goa, maka tibalah saatnya untuk menyebarkan agama Islam di perkampungan penduduk. Di dalam perjalanan, sampailah di salah satu perkampungan yang terletak di kaki gunung, bernama kampung Bojong. Selama bermukim di Bojong dianugerahi beberapa putra dari istrinya, Ayu Bakta. Diantara putra beliau adalah Dalem Bojong, Dalem Abdullah, Media Kusumah, Pakih Ibrahim.
Beberapa lama setelah menetap di Bojong, atas petunjuk dari Allah, Syeikh Abdul Muhyi beserta santri-santrinya pindah ke daerah “Safarwadi". Di sini beliau membangun Masjid dan rumah sebagai tempat tinggal sampai akhir hayatnya. Sedang para santri menyebar dengan tugasnya masing-masing yaitu menyebarkan agama Islam, seperti Sembah Khotib Muwahid yang makamnya di Panyalahan, Eyang Abdul Qohar bermukim di Pandawa sedang Sembah Dalem Sacaparana (Mertua Syeikh Abdul Muhyi) tetap di Bojong sampai akhir hayatnya yang kini makamnya terkenal dengan nama Bengkok.
Makam ini banyak diziarahi oleh kaum muslimin. Masih banyak lagi santrinya yang tersebar hingga pelosok- pelosok kampung di sekitar Jawa Barat untuk menyebarkan agama Islam.
Dalam menyebarkan agama Islam Syeikh Abdul Muhyi mengunakan metode Tharekat Nabawiah yaitu dengan akhlak yang luhur disertai tauladan yang baik. Salah satu contoh metode dalam mengislamkan seseorang adalah sewaktu beliau melihat seseorang yang sedang memancing ikan. Namun orang itu kelihatan sedih karena tidak mendapat seekor ikanpun. Lalu dihampirinya dan disapa, "Bolehkah saya meminjam kailnya?" Orang itu memperbolehkannya. Syeikh Abdul Muhyi mulai memancing sambil berdo'a, "Bismillaah hirroh maa nir roohiim, Asyhadu Allaa ilaaha illallaah, Wa asy hadu anna Muhammaddur Rasulullah."
Setiap kail dilemparkan ke dalam air, ikan selalu menangkapnya. Tidak lama kemudian ikan yang didapat sangat banyak sekali sampai membuat orang tersebut keheranan dan bertanya, "Apa do’a yang dibaca untuk memancing? Beliau menjawab, "Basmalah dan Syahadat". Akhirnya orang tersebut tertarik dengan do’a itu dan masuk Islam.
Disamping ahli dalam llmu agama Syeikh Abdul Muhyi juga ahli dalam ilmu kedokteran, ilmu hisab, ilmu pertanian dan juga ahli seni baca AIQur’an. Maka pada saat itu banyak para wali yang datang ke Pamijaian untuk berdialog masalah agama seperti waliyullah dari
Banten Syeikh Maulana Mansyur, putra Sultan Abdul Patah Tirtayasa keturunan Sultan Hasanuddin bin Sultan G. Jatijuga Syeikh Ja’far Shodiq yang makamnya di Cibiuk, Limbangan- Garut.
Dilarang Merokok
Pada suatu hari Syeikh Abdul Muhyi dan Maulana Mansyur berada di Makkah dan hendak pulang ke Jawa. Mereka berdua berunding, barangsiapa yang sampai dulu di Jawa hendaklah menunggu di tempat yang telah disepakati.
Syeikh Maulana Mansyur berjalan diatas bumi dan Syeikh Abdul Muhyi berjalan di bawah bumi. Masing- masing menggunakan kesaktiannya.
Ketika Syeikh Abdul Muhyi berjalan di bawah laut tiba-tiba beliau kedinginan lalu berhenti. Sewaktu hendak menyalakan api untuk merokok tiba-tiba sekelilingnya menjadi gelap dikelilingi kabut dan kabut itu semakin tebal. Maka beliau teringat bahwa merokok itu perbuatan makruh dan dirinya merasa berdosa.
Akhirnya beliau segera bertaubat minta Ampunan dari Allah, seketika itu kabut hilang dan perjalananpun dilanjutkan. Dan mulai saat itu Syeikh Abdul Muhyi meninggalkan rokok, bahkan bisa dikatakan mengharamkan rokok untuk dirinya sedang untuk keluarga dan pengikutnya dilarang merokok bila berdekatan dengannya. Karena itu sampai saat ini di daerah Pamijahan dilarang merokok kecuali di tempat yang telah ditentukan.
Pada suatu hari beliau jatuh sakit. Ketika malaikat maut datang menjemput Syeikh Abdul Muhyi berpesan kepada istri dan putra- putrinya, "Wahai anak dan istri ku yang tersayang, hendaklah kamu sekalian bertaqwa kepada Allah, berbaktiiah kepada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkanmu, hormati dan mulyakanlah tamumu, bicaralah dengan benar, senangkanlah orang /ain, sekalipun kamu tidak dapat menyenangkan orang janganlah berbuat yang menyusahkannya, kasihanilah orang kecil, hormatilah orang yang besar dan hargailah sesamamu. Hiduplah di dunia ini seakan mau melintasi jurang yang penuh dengan duri."
Pada hari senin tanggai 8 Jumadil Awai tahun 1151 H/ 1730 M ba'dal sholat shubuh, belau pergi untuk selamanya menghadap Allah swt. dalam usia 80 tahun. Jenazah ulama besar ini dimakamkam di Pamijahan. Hingga saat ini banyak orang berduyun-duyun berziarah ke makamnya sambil membacakan do'a sebagai wujud kecintaan terhadap Syeikh Abdul Muhyi, seorang waliyullah yang telah berjuang menyebarkan agama Islam di tanah air dan Jawa Barat pada khususnya.