Kamis, 22 September 2016

Sejarah Goa Safarwadi (Goa Pamijahan Syeikh Abdul Muhyi)



Biografi  Syeikh Haji Abdul Muhyi
Pada saat berusia 19 tahun beliau pergi ke Aceh/ Kuala untuk berguru kepada Syeikh Abdul Rouf bin Abdul Jabar selama 8 tahun yaitu dari tahun 1090 -1098 H/1669 -1677 M. Pada usia 27 tahun beliau beserta teman sepondok dibawa oleh gurunya ke Baghdad untuk berziarah ke makam Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani dan bermukim di sana selama dua tahun. Setelah itu mereka diajak oleh Syeikh Abdul Rauf ke Makkah untuk menunaikan Ibadah Haji.
Ketika sampai di Baitullah, Syeikh Abdul Rauf mendapat ilham kalau diantara santrinya akan ada yang mendapat pangkat kewalian. Dalam ilham itu dinyatakan, apabila sudah tampak tanda-tanda maka Syeikh Abdul Rauf harus menyuruh santrinya pulang dan mencari gua di Jawa bagian barat untuk bermukim di sana.

Suatu saat sekitar waktu ashar di Masjidil Haram tiba-tiba ada cahaya yang langsung menuju Syeikh Abdul Muhyi dan hal itu diketahui oleh gurunya (Syeikh Abdur Rauf) sebagai tanda-tanda tersebut. Setelah kejadian itu, Syeikh Abdur Rauf membawa mereka pulang ke Kuala/ Aceh tahun 1677 M. Sesampainya di Kuala, Syeikh Abdul Muhyi disuruh pulang ke Gresik untuk minta restu dari kedua orang tua karena telah diberi tugas oleh gurunya untuk mencari gua dan harus menetap di sana. Sebelum berangkat mencari gua, Syeikh Abdul Muhyi dinikahkan oleh orang tuanya dengan “Ayu Bakta” putri dari Sembah Dalem Sacaparana.

Tak lama setelah pernikahan, beliau bersama istrinya berangkat ke arah barat dan sampailah di daerah yang bernama Darma Kuningan. Atas permintaan penduduk setempat Syeikh Abdul Muhyi menetap di Darmo Kuningan selama 7 tahun (1678-1685 M). Kabar tentang menetapnya Syeikh Abdul Muhyi di Darmo Kuningan terdengar oleh orang tuanya, maka mereka menyusul dan ikut menetap di sana.

Perjalan Mencari Goa Pamijahan 

Disamping untuk membina penduduk, beliau juga berusaha untuk mencari gua yang diperintahkan oleh gurunya, dengan mercoba beberapa kali menanam padi, ternyata gagal karena hasilnya melimpah. Sedang harapan beliau sesuai isyarat tentang keberadaan gua yang di berikan oleh syeikh Abdur Rauf adalah apabila di tempat itu ditanam padi maka hasilnya tetap sebenih artinya tidak menambah penghasilan maka di sanalah gua itu berada. Karena tidak menemukan gua yang dicari akhirnya Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga berpamitan kepada penduduk desa untuk melanjutkan perjalanan mencari gua.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sampailah di daerah Pamengpeuk (Garut Selatan). Di sini beliau bermukim selama 1 tahun (1685-1686 M), untuk menyebarkan agama Islam secara hati-hati mengingat penduduk setempat waktu itu masih beragama Hindu. Setahun kemudian ayahanda (Sembah LebeWarta Kusumah) meninggal dan dimakamkan di kampung Dukuh di tepi Kali Cikaengan.

Beberapa hari seusai pemakaman ayahandanya, beliau melanjutkan perjalan mencari gua dan sempat bermukim di Batu Wangi. Perjalanan dilanjutkan dari Batu Wangi hingga sampai di Lebaksiu dan bermukim di sana selama 4 tahun (1686-1690 M).
Walaupun di Lebaksiu tidak menemukan gua yang di cari, beliau tidak putus asa dan melangkahkan kakinya ke sebelah timur dari Lebaksiu yaitu di atas gunung kampung Cilumbu. Akhirnya beliau turun ke lembah sambil bertafakur melihat indahnya pemandangan sambil mencoba menanam padi.
Bila senja tiba, beliau kembali ke Lebaksiu menjumpai keluarganya, karena jarak dari tempat ini tidak begitu jauh, +.6 km. Suasana di pegunungan tersebut sering membawa perasaan tenang, maka gunung tersebut diberi nama “ Gunung Mujarod' yang berarti gunung untuk menenangkan hati.


Pada suatu hari, Syeikh Abdul Muhyi melihat padi yang ditanam telah menguning dan waktunya untuk dipetik. Saat dipetik terpancarlah sinar cahaya kewalian dan terlihatlah kekuasaan Allah. Padi yang telah dipanen tadi ternyata hasilnya tidak lebih dan tidak kurang, hanya mendapat sebanyak benih yang ditanam. Ini sebagai tanda bahwa perjuangan mencari gua sudah dekat. Untuk meyakinkan adanya gua di dalamnya maka di tempat itu ditanam padi lagi, sambil berdo'a kepada Allah, semoga goa yang dicari segera ditemukan. Maka dengan kekuasan Allah, padi yang ditanam tadi segera tumbuh dan waktu itu juga berbuah dan menguning, lalu dipetik dan hasilnya ternyata sama, sebagaimana hasil panen yang pertama. Disanalah beliau yakin bahwa di dalam gunung itu adanya goa. 

Sewaktu Syeikh Abdul Muhyi berjalan ke arah timur, terdengarlah suara air terjun dan kicaun burung yang keluar dari dalam lubang. Dilihatnya lubang besar itu, di mana keadaannya sama dengan gua yang digambarkan oleh gurunya. Seketika kedua tangannya diangkat, memuji kebesaran Allah. Telah ditemukan gua bersejarah, dimana ditempat ini dahulu Syeikh Abdul Qodir Al Jailani menerima ijazah ilmu agama dari gurunya yang bernama Imam Sanusi.
Goa yang sekarang di kenal dengan nama Goa Pamijahan adalah warisan dari Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang hidup kurang lebih 200 tahun sebelum Syeikh Abdul Muhyi. Gua ini terletak diantara kaki Gunung Mujarod. Sejak goa ditemukan Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga beserta santri-santrinya bermukim disana. Disamping mendidik santrinya dengan ilmu agama, beliau juga menempuh jalan tharekat.


Menurut pendapat yang masyhur sampainya Syeikh Abdul Muhyi ke derajat kewalian melalui thoriqoh mu’tabaroh Satariyah, yang silsilah keguruan/ kemursyidannya sampai kepada Rasulullah Saw. 
Berikut silsilahnya:
Rasululah Saw, Ali Bin Abi Tholib, Sayyidina Hasan, Sayyidina Zainal Abidin, Imam Muhammad Bakir, Imam Ja’far Shodiq, Sultan Arifin, Yazidiz Sulthon, Syeikh Muhammad Maghribi, Syeikh Arabi Yazidil Asyiq, Sayyid Muhammmad Arif, Syeikh Abdulah Satari, Syeikh Hidayatullah Syarmad, Syeikh Haji Hudori, Sayyid Muhammmad Ghoizi, Sayyid Wajhudin, Sayyid Sifatullah, Sayyidina Abdi Muwhib Abdulah Ahmad, Syeikh Ahmad Bin Muhammmad (Ahmad Qosos), Syeikh Abdul Rouf, Syeikh Haji Abdul Muhyi.

Sekian lama mendidik santrinya di dalam goa, maka tibalah saatnya untuk menyebarkan agama Islam di perkampungan penduduk. Di dalam perjalanan, sampailah di salah satu perkampungan yang terletak di kaki gunung, bernama kampung Bojong. Selama bermukim di Bojong dianugerahi beberapa putra dari istrinya, Ayu Bakta. Diantara putra beliau adalah Dalem Bojong, Dalem Abdullah, Media Kusumah, Pakih Ibrahim.
Beberapa lama setelah menetap di Bojong, atas petunjuk dari Allah, Syeikh Abdul Muhyi beserta santri-santrinya pindah ke daerah “Safarwadi". Di sini beliau membangun Masjid dan rumah sebagai tempat tinggal sampai akhir hayatnya. Sedang para santri menyebar dengan tugasnya masing-masing yaitu menyebarkan agama Islam, seperti Sembah Khotib Muwahid yang makamnya di Panyalahan, Eyang Abdul Qohar bermukim di Pandawa sedang Sembah Dalem Sacaparana (Mertua Syeikh Abdul Muhyi) tetap di Bojong sampai akhir hayatnya yang kini makamnya terkenal dengan nama Bengkok.

Makam ini banyak diziarahi oleh kaum muslimin. Masih banyak lagi santrinya yang tersebar hingga pelosok- pelosok kampung di sekitar Jawa Barat untuk menyebarkan agama Islam.

Dalam menyebarkan agama Islam Syeikh Abdul Muhyi mengunakan metode Tharekat Nabawiah yaitu dengan akhlak yang luhur disertai tauladan yang baik. Salah satu contoh metode dalam mengislamkan seseorang adalah sewaktu beliau melihat seseorang yang sedang memancing ikan. Namun orang itu kelihatan sedih karena tidak mendapat seekor ikanpun. Lalu dihampirinya dan disapa, "Bolehkah saya meminjam kailnya?" Orang itu memperbolehkannya. Syeikh Abdul Muhyi mulai memancing sambil berdo'a, "Bismillaah hirroh maa nir roohiim, Asyhadu Allaa ilaaha illallaah, Wa asy hadu anna Muhammaddur Rasulullah."  

Setiap kail dilemparkan ke dalam air, ikan selalu menangkapnya. Tidak lama kemudian ikan yang didapat sangat banyak sekali sampai membuat orang tersebut keheranan dan bertanya, "Apa do’a yang dibaca untuk memancing? Beliau menjawab, "Basmalah dan Syahadat". Akhirnya orang tersebut tertarik dengan do’a itu dan masuk Islam.
Disamping ahli dalam llmu agama Syeikh Abdul Muhyi juga ahli dalam ilmu kedokteran, ilmu hisab, ilmu pertanian dan juga ahli seni baca AIQur’an. Maka pada saat itu banyak para wali yang datang ke Pamijaian untuk berdialog masalah agama seperti waliyullah dari
Banten Syeikh Maulana Mansyur, putra Sultan Abdul Patah Tirtayasa keturunan Sultan Hasanuddin bin Sultan G. Jatijuga Syeikh Ja’far Shodiq yang makamnya di Cibiuk, Limbangan- Garut. 


Dilarang Merokok
 
Pada suatu hari Syeikh Abdul Muhyi dan Maulana Mansyur berada di Makkah dan hendak pulang ke Jawa. Mereka berdua berunding, barangsiapa yang sampai dulu di Jawa hendaklah menunggu di tempat yang telah disepakati.
Syeikh Maulana Mansyur berjalan diatas bumi dan Syeikh Abdul Muhyi berjalan di bawah bumi. Masing- masing menggunakan kesaktiannya.
Ketika Syeikh Abdul Muhyi berjalan di bawah laut tiba-tiba beliau kedinginan lalu berhenti. Sewaktu hendak menyalakan api untuk merokok tiba-tiba sekelilingnya menjadi gelap dikelilingi kabut dan kabut itu semakin tebal. Maka beliau teringat bahwa merokok itu perbuatan makruh dan dirinya merasa berdosa. 

Akhirnya beliau segera bertaubat minta Ampunan dari Allah, seketika itu kabut hilang dan perjalananpun dilanjutkan. Dan mulai saat itu Syeikh Abdul Muhyi meninggalkan rokok, bahkan bisa dikatakan mengharamkan rokok untuk dirinya sedang untuk keluarga dan pengikutnya dilarang merokok bila berdekatan dengannya. Karena itu sampai saat ini di daerah Pamijahan dilarang merokok kecuali di tempat yang telah ditentukan.


Pada suatu hari beliau jatuh sakit. Ketika malaikat maut datang menjemput Syeikh Abdul Muhyi berpesan kepada istri dan putra- putrinya, "Wahai anak dan istri ku yang tersayang, hendaklah kamu sekalian bertaqwa kepada Allah, berbaktiiah kepada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkanmu, hormati dan mulyakanlah tamumu, bicaralah dengan benar, senangkanlah orang /ain, sekalipun kamu tidak dapat menyenangkan orang janganlah berbuat yang menyusahkannya, kasihanilah orang kecil, hormatilah orang yang besar dan hargailah sesamamu. Hiduplah di dunia ini seakan mau melintasi jurang yang penuh dengan duri."

Pada hari senin tanggai 8 Jumadil Awai tahun 1151 H/ 1730 M ba'dal sholat shubuh, belau pergi untuk selamanya menghadap Allah swt. dalam usia 80 tahun. Jenazah ulama besar ini dimakamkam di Pamijahan. Hingga saat ini banyak orang berduyun-duyun berziarah ke makamnya sambil membacakan do'a sebagai wujud kecintaan terhadap Syeikh Abdul Muhyi, seorang waliyullah yang telah berjuang menyebarkan agama Islam di tanah air dan Jawa Barat pada khususnya.
 

 
 

Sekian Sejarah Goa Safarwadi atau yang lebih di kenal dengan Goa Pamijahan Peninggalan Syeikh Abdul Muhyi.
Mudah-mudahan bermanfaat salam http://seputarpamijahan.blogspot.co.id/

Jumat, 24 Juli 2015

MINAL AIDIN WAL FAIZIN

ARTI MINAL AIDIN WAL FAIZIN

Apa arti “Minal ‘Aidin wal Faizin”?

Oleh: Wira Mandiri Bachrun
Tidak terasa kita sudah memasuki akhir bulan Ramadhan. Kalau nanti malam hilal sudah terlihat dan dan diitsbat oleh pemerintah, maka insyaAllah besok kita akan merayakan hari raya Idul Fithri.
Meski demikian ucapan selamat, baik lewat SMS, email, facebook dan media lainnya mulai kita terima. Di antaranya ada yang menggunakan ungkapan Minal ‘Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin,
Ucapan minal ‘aidin wal faizin sering sekali dijadikan ungkapan selamat dalam hari raya Idul Fitri di negeri kita. Namun, tahukah Anda apa artinya? Atau jangan-jangan Anda mengira arti minal ‘aidin wal faizin adalah mohon maaf lahir dan batin?
Entah darimana asal ungkapan ini, namun yang jelas ini sudah disebut-sebut dalam syair lagu Ismail Marzuki (w. 1958),
Minal Aidin Wal Faizin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
Ini bukan berarti saya mengajak anda bernyanyi. Tidak sama sekali. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa ungkapan ini sudah dipakai jauh sebelum Anda lahir, namun tetap saja masih banyak orang yang belum tahu apa maknanya.
Sekarang coba kita perhatikan. Minal ‘aidin wal faizin bila ditulis dengan tulisan arab menjadi,
من العائدين والفائزين
Artinya secara leterleks adalah
“Termasuk orang yang kembali (merayakan hari raya i’ed) dan orang-orang yang menang.”.
Mungkin yang diinginkan adalah sebuah doa bagi yang mendapat ucapan selamat,
“Semoga Anda termasuk orang yang kembali (merayakan hari raya i’ed) dan orang-orang yang menang.”
Jadi, jangan salah mengartikan dengan “Mohon maaf lahir dan batin” lagi.
Seperti yang telah disebutkan di atas, ucapan ini begitu popular di Indonesia. Bagaimana di negeri lain? Sejauh pengamatan saya, kaum muslimin di luar negeri tidaklah mempergunakan ucapan ini untuk mengungkapkan selamat idul fitri. Mereka biasa menggunakan, “Eid mubarak!” atau “Eid Sa’id”, bukan “Minal a’idin wal faizin,” walaupun di Malaysia dan Singapura mereka juga mengucapkan, “Maaf Lahir batin.”
Nah sekarang dari sisi syar’inya, apakah ucapan ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Kalau tidak, bagaimanakah cara mengucapkan selamat Idul Fitri yang benar?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah salah seorang ulama besar Islam ditanya tentang ucapan selamat pada hari raya maka beliau menjawab [Majmu Al-Fatawa 24/253] : “Ucapan pada hari raya, di mana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Id:
تقبل الله منا ومنكم
Taqabbalallahu minnaa wa minkum. (yang artinya): Semoga Allah menerima (ibadah) dari kami dan dari kalian”
Al Hafizh Ibnu Hajar, salah seorang ulama mazhab Asy Syafi’i juga pernah menyampaikan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minkum (تقبل الله منا ومنكم) (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)”.
Dan didapati pula bahwa mereka membalasnya dengan ucapan yang serupa.
Inilah yang dicontohkan oleh generasi Islam yang tentunya lebih untuk kita ikuti.
Wallahu a’lam bis shawab,
Tasikmalaya.1436 H

Kamis, 06 November 2014

Dapet Jimat di Goa Pamijahan

“Saya takjub!! Ini orang hebat, walau cuman punya uang seribu dan itupun adalah uang terakhir dia, namun masih bisa untuk bersedekah. Padahal saya yang punya uang 50 ribu, gak berani untuk ngajak orang lain makan. Dengan berbagai pertimbangan tentunya.”
****
Sore itu dapet selebaran tempat ziarah,  saya tertarik dengan selebaran tersebut. Saya buka dan baca isinya. Ternyata berisi informasi yang sangat menarik hati. Selebaran ini bercerita tentang tempat ziarah di Tasikmalaya yaitu tempat Syekh Abdul Muhyi menyebarkan agama dan dimakamkan.
yang palingmenarik di selebaran tersebut, bahwa selain mengunjungi tempat dimakamkan beliau, kita juga bisa mengunjungi sebuah goa. Goa yang bagi masyarakat di sekitar tempat tersebut menjadikan sumber cerita yang turun temurun.
Setelah mengumpulkan uang sebagai bekal perjalanan. Akhirnya saya berangkat ke sana, dengan menumpang bis antarkota Bekasi-Tasikmalaya. Seperti perjalanan-perjalanan lainnya saya pun berangkat sendirian. Maklumlah, wanita banyak yang tidak ngeh, kalo saya ganteng, jadi ga ada yang mau nemenin saya hehe.. kok jadi curhat.
Tiba di terminal Tasik, hari menjelang maghrib. Saya celingukan kebingungan, karena tidak ada satupun angkutan yang tulisannya mengarah ke Pamijahan. Dalam kebingungan, mata saya tertumbuk sama sesosok manusia. Dia adalah pegawai terminal. Dengan senyum ramah dari hati yang paling dalem, saya minta ditunjukkan harus pake angkutan yang mana, kalau ingin ke Pamijahan.
Kata beliau, saya salah tempat menunggu. Harusnya ke terminal sebelah. Yee.. si Bapak teh bukannya bilang dari tadi… jangan nungguin saya nanya, baru ngasih tahu!! Edan yah saya., ah biarin. Lanjuut.
Ternyata terminal ini terbagi dua, satu untuk bis antarkota, satu lagi untuk angkutan lokal. Tak tahu kalau sekarang, mungkin sudah berubah. Karena cerita ini sudah lama saya alami dan baru diceritakan sekarang.
Setelah berjalan ke arah yang ditunjuk oleh si Bapak, akhirnya saya menemukan angkutan ke Pamijahan. Mobil tersebut berupa mobil elf. Alhamdulillah, tak lama mobil berangkat, jadi ga kesel nunggu mobil ngetem. Perjalanan ke kampung Pamijahan, kira-kira ditempuh dalam waktu 3,5 jam, kata om supir.
Sepanjang perjalanan saya mikir [gini nih.. untungnya punya otak]. Gimana nantinya saya kalau sudah nyampe, mo tidur dimana? Apakah mesti tidur di Poskamling atau masjid. Karena dibayangan saya saat itu, bahwa pastinya tidak ada orang, karena hari sudah larut malam.
Pikiran ini terus bergelayut, nempel di otak, hingga terminal Pamijahan. Pas turun, saya kaget. Maak.. ternyata banyak bus. Ini gimana ceritanya, kok terminal kecil, banyak busnya. Harusnya kalo terminal kecil kan, paling-paling isinya cuman angkot atau elf. Penasaran saya.
Setelah diteliti, ternyata bus tersebut adalah bus peziarah. Saya tertawa, hehe aman, banyak temen. Jadi ngga takut, walau sendirian. Minimal, bisa ngikut ama peziarah lain, pura-pura kenal aja. Buru-buru, saya ngekor sama peziarah lain, menuju tempat penziarahan.
Untuk ke tempat Syekh Abdul Muhyi, kita minta iin dulu ke pos setempat. dan di pintu masuk ada gapura.di Sepanjang jalan tersebut, banyak dagangan penduduk. Dagangannya berupa souvenir yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh bagi peziarah.
Yang bikin heran, tak satupun pedagangnya nongol. Mereka pada diam di rumahnya masing-masing. Tak takut kalau barang dagangannya dicuri. Aneh yah… tapi itulah yang terjadi. Kalau kita mau beli souvenir, kita mesti manggil pedagangnya, baru mereka keluar. Hebat…. seumur hidup, hanya disini saya menemukan pedagang seperti itu.
Setelah menurunin tanjakan kira-kira 500 meter kita mesti belok ke kanan dan berjalan beberapa meter lagi. Baru kita akan menemukan sebuah Masjid, tempat dimakamkan Syekh Abdul Muhyi. Ketika saya datang, banyak peziarah lagi pada sholat ataupun sedang mengaji. Saya pun ikut membaur dengan mereka.
Besoknya saya ke Goa Pamijahan, jaraknya kira-kira 1 Kilo, melewati pesawahan sekarang banyak udah banyak penduduk memenuhi disepanjang jalan Gua tersebut, dari luar lubangnya kecil namun ketika sudah masuk sangat besar. Di sepanjang gua, air mengalir membentuk sungai. Tingginya air, kira-kira sejengkal dari lutut. Kita jalan melewati aliran air itu untuk masuk ke dalam.
Di dalam sangat gelap, oleh karena itu kita mesti nyewa lampu Patromak. Banyak tersedia, jasa penyewaan petromak di depan pintu goa. Selain menyewakan, mereka juga menjadi pemandu kita masuk ke dalam gua ini.
Kalau kita masuk ke sana, pasti akan kaget. Karena hawa di dalam gua lumayan panas, hingga membuat badan berkeringat. Padahal saya tadinya mikir, kalau dalam gua pasti dingin, karena tidak ada cahaya matahari masuk. Maklumlah ndeso bang… saya baru pertama kali mengunjungi goa.
Disini kita akan ditunjukkan tempat jum’atan para wali, juga lorong tempat Syeh Abdul Muhyi pergi ke Mekah. Lorong ini sekarang ditutup oleh jeruji, karena sudah ada orang yang masuk dan tidak kembali [katanya]. Tak lupa juga, kopiah haji.
Kopiah haji yang dimaksud adalah cekuk di atas dinding gua yang jumlahnya kalau tidak salah ada sembilan [koreksi jika salah]. Konon katanya, jika ada salah satu cekukan yang pas dengan kepala kita, maka Insya Allah kita akan kesampaian naek haji. Jika semua cekuk itu pas, berarti 9 kali pula kita akan berhaji. Katanya juga loooh.
Disini juga ada sumber mata air, yang diyakini air zamzam. hehe… Kalo saya sih gak percaya. Ada-ada aja nih orang sana, nyari duitnya. Karena untuk mendapatkan air itu, kita mesti bayar!! Capeee deh. Setelah beres ,saya pun kembali pulang ke Mesjid. Karena tidak ada tempat berteduh selain disituh.
Lah, mana jimatnya? Katanya dapet jimat. Pasti pembaca, bertanya-tanya tentang itu. Tenang…., saya tidak akan mengecewakan anda. Kita lanjut yah ceritanya.
Kira-kira jam 9 malam, saya tiduran di dekat tembok belakang masjid. Bergabung dengan orang-orang yang sedang tiduran. Kebetulan, disamping saya ada seorang pemuda… kalau seorang pemudi bisa gawat urusan. Sambil tiduran saya ngobrol dengannya. Dia cerita, kalau sudah lama disitu, disuruh oleh gurunya dari Jawa.
“Mas, makan yuk, saya ada duit nih, nanti saya bayarin”, ucap dia. Kira-kira jam 10, saat itu.
“Ayoo, kebetulan lapar nih”, jawab saya semangat, mendengar kata-kata ‘dibayarin’. Maklumlah muka gratisan hehe.
“Nih orang banyak duitnya, udah lama tinggal disini tapi masih bisa nraktir orang lain”, pikir saya saat itu.
Akhirnya kita berjalan ke warung di belakang masjid. Nyampe disana, banyak orang yang lagi makan. Kitapun bergabung dengan mereka.
Karena merasa dibayarin, saya pun tidak berani mesan makanan duluan. Nungguin dia yang mau bayarin, mesen makan duluan. Saat itu dia mengambil singkong dan pisang rebus, tidak memesan nasi. Karena merasa kalau makan itu, ya makan nasi, saya diam saja, tidak mengambil makanan apapun. Sabaaar, pikir saya saat itu.
Lama saya tunggu dia memesan makanan, namun dia tidak juga memesan nasi. Saya jadi bingung, “Bener ga sih nih orang mau nraktir makan?”. Pikir saya saat itu. Hingga akhirnya dia ngomong.
“Ayo mas, makan”
Apa!! Maksud dia nraktir makan itu, yaitu makan singkong rebus doang!!
“Emang, Abang punya duit berapa, mau nraktir saya makan?”, tanya saya penasaran.
“Seribu”, jawabnya bikin kaget. Pada waktu itu, uang 2 ribu masih bisa dipakai makan dengan lauk seadanya.
Saya takjub!! Ini orang hebat, walau cuman punya uang seribu dan itupun adalah uang terakhir dia, namun masih bisa untuk bersedekah. Padahal saya yang punya uang 50 ribu, gak berani untuk ngajak orang lain makan. Dengan berbagai pertimbangan tentunya.
Tau ngga pembaca, saya sangat… sangat… terharu. Akhirnya malah dia yang saya traktir makan!! Saat itu saya tidak peduli, apakah bekal saya cukup untuk tinggal disana. Yang penting ada ongkos pulang, pikir saya saat itu. Saya malu sama dia, merasa kerdil, merasa terhina.
Itulah Jimat yang saya temukan dari Pamijahan!! Jimat tentang bersedekah!!
Maaf yah kalo mengecewakan, bagi pembaca yang menganggap jimat yang dimaksud adalah benda sakti bertuah seperti keris, batu dan lain sebagainya.

Minggu, 02 November 2014

Syekh Abdul Muhyi Penakluk Ilmu Hitam"

 
Widuri  yang cantik nampak menangis karena Permana memaksa Widuri untuk ikut dengannya dan dijadikan istri  sesuai wangsit yang diterimanya di malam Jumat Kliwon lalu.  Japra suami Widuri mohon pada Permana agar tidak mengambil istrinya karena anak mereka masih kecil-kecil.
Tapi Permana tidak peduli. Ketika Japra melawan, dengan cepat Permana dan anak buahnya  melihat anak-anaknya diancam akan disakiti, Japra akhirnya dengan terpaksa melepaskan Widuri. Permana menyeringai senang dan akhirnya ia dengan paksa membawa Widuri.  Sepanjang jalan Widuri nampak menangis. Warga desa menatap kasihan Widuri dan membicarakan kekejaman dan kesewenang-wenangan Permana selama ini.

Beberapa saat kemudian nampak sebagian desa Sawedang sedang pesta tuak  bersama teman-temannya. Kata Permana, ia orang tersakti dan terkaya di desa mereka. Jika ada warga yang mengecewakannya, ia tak segan-segan akan menghabisi sang warga dengan ilmu yang dimilikinya. Selama ini memang tidak ada satupun warga yang berani membantah atau melawan Permana karena Permana terkenal sangat sakti.  Saat Permana sedang berpesta di luar, Widuri diam-diam berusaha melarikan diri. Widuri berhasil melarikan diri dan kembali ke rumahnya, tepat saat anak Widuri sedang sakit memanggil nama ibunya. Betapa senangnya Japra melihat Widuri kembali. Saat itu pula seorang abdi memberi tahu Permana bahwa Widuri kabur dari rumah! Dengan marah Permana mengajak mencari Widuri.

Dengan marah Permana menuju rumah Widuri. Sesampai di rumah Widuri, Permana dengan paksa langsung menghajar Japra yang dianggap sudah mengambil Widuri kembali. Kali ini Widuri berkata lebih baik ia mati daripada kembali pada Permana. Saat Permana benar-benar marah dan akan menarik Widuri, sebuah tangan menahan dengan kuat tangan  Permana dan berkata Permana tidak bisa sesuka hati memaksakan kehendaknya apalagi mengambil istri orang lain. Haram hukumnya memisahkan sepasang suami istri kemudian menikahinya untuk kesenangan pribadi semata.  Permana kaget karena baru kali ini ada yang berani melawannya. Ternyata dia adalah Syekh Abdul Muhyi yang datang bersama istrinya Ayu Bakta dan seorang abdi perempuan yang menemani istrinya. Dengan marah Permana menyuruh semua anak buahnya untuk menangkap Syekh Abdul Muhyi. Tapi dengan tenang Syekh Abdul Muhyi berhasil melumpuhkan semua anak buah Permana. Permanadengan kalap lalu berusaha  membunuh Syekh Abdul Muhyi, namuan Syekh Abdul Muhyi sangat sakti sehingga Permana kalah. Permana bersumpah akan datang kembali melawan Syekh Abdul Muhyi.

Warga Sawedang nampak menerima Syekh Abdul Muhyi dan istrinya Ayu Bakta dengan sangat senang. Widuri  dan Japra  tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada Syekh Abdul Muhyi  dan mohon Syekh Abdul Muhyi agar berhati-hati karena mereka yakin Permana pasti akan mencari kembali Syekh Abdul Muhyi dan membunuhnya. Namun Syekh Abdul Muhyi berkata ia tidak takut sedikitpun pada Permana. Ia justru ingin menyadarkan Permana agar kembali ke jalan yang benar. Jalan yang diridhoi Allah SWT.  Warga yang kagum dengan Syekh Abdul Muhyi mohon agar Syekh Abdul Muhyi mau tinggal di desa mereka karena warga ingin belajar Islam pada Syekh Abdul Muhyi. Mulailah Syekh Abdul Muhyi bersyiar. Dalam syiarnya di desa Sawedang di daerah Kuningan Jawa Barat tersebut Syekh Abdul Muhyi selalu mengingatkan warga ayat Allah : "Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong" (QS. 8:40). Syekh Abdul Muhyi  tinggal sementara waktu di desa tersebut atas permintaan warga dan membangun langgar dan tempat tinggal.

Kehadiran Syech Abdul Muhyi menjadi buah bibir masyarakat Kuningan.  Semua kagum pada pada beliau yang konon mendapatkan tanda kewalian saat di tanah Mekkah. Saat itu, beliau bersama teman-temannya sepesantren dibawa ke Bagdad oleh gurunya, Syekh Abdul Rauf,  untuk menjiarahi makam Syekh Abdul Qadir Jaelani Qaddasallahu Sirrohu. Di sana beliau tinggal selama 2 tahun untuk menerima ijazah Agama Islam. Setelah itu oleh gurunya dibawa ke Mekkah untuk ibadah Haji. Ketika berada di Baitullah tiba-tiba Syekh Abdul Rouf  mendapat ilham bahwa di antara santrinya itu ada yang mendapat pangkat kewalian karena wajah Syekh Abdul Muhyi tiba-tiba tersinari cahaya terang, sementara yang lainnya tidak. Kini Syekh Abdul Muhyi Pamijahan ditugaskan mencari gua di Jawa Barat untuk menjadi tempat berkhalwat atau bersuluk.
 
Sementara itu Permana semakin panas setelah tahu Syekh Abdul Muhyi kini menetap bersyiar di desanya. Syekh Abdul Muhyi dan Ayu Bakta memberikan ajaran Islam pada seluruh warga. Permana bersumpah akan membalas dendam pada Syekh Abdul Muhyi. Suatu ketika, saat Syekh Abdul Muhyi  sedang mengaji bersama warga, muncul Permana datang bersama abdi-abdi terkuatnya yang akan memporak-porandakan tempat mengaji  mereka. Permana berkata Syekh Abdul Muhyi  saat itu juga harus enyah dari desa itu atau mati. Syekh Abdul Muhyi berkata ia bebas melakukan syiar di manapun, karena bumi ini milik Allah. Dengan karomah Syekh Abdul Muhyi, abdi Permana yang akan merusak langgar tersebut tidak bisa mengayunkan langkahnya sama sekali. Kaki dan tangan mereka terasa terkunci. Kaki mereka tidak bisa dilangkahkan dan tangan mereka tidak bisa diayunkan. Betapa marahnya Permana melihat semua itu. Dengan kalap, Permana langsung melayangkan pedang Nagageni miliknya yang semburannya bisa menghanguskan apapun. Namun dengan tenang Syekh Abdul Muhyi berhasil menghindarinya, bahkan menangkap pedang itu dan mematahkannya jadi dua. Permana semakin dendam. Ia melemparkan awu ireng, serbuk yang bisa membuat buta mata siapapun yang terkena. Namun naas, ternyata serbuk itu justru mengenai mata Permana sendiri. Permana nampak kesakitan karena mendadak matanya tidak bisa melihat. Saat Syekh Abdul Muhyi  akan membantu menyembuhkan, Permana menolak dengan kasar dan bersumpah tidak akan pernah berhenti menghalangi syiar yang dilakukan Syekh Abdul Muhyi.

Dendam Permana pada Syekh Abdul Muhyi kian membara. Kini membuat matanya menjadi buta, terkena ajian Aweu Ireng miliknya sendiri.  Permana mencari ibunya penguasa ilmu hitam di alas Sawedang, Ni Pongge. Ni Ponggen kaget melihat anak kesayangannya Permana yang kini jadi buta. Permana minta pada ibunya untuk mengembalikan matanya yang buta. Namun Ni Pongge berkata, ia tidak bisa melakukan apapun untuk menyembuhkan mata Permana yang buta karena racun Awu Ireng itu sangat berbahaya. Ni Pongge hanya berkata, Permana bisa balas dendam pada Syekh Abdul Muhyi dengan membunuh Ayu Bakta istri Syekh Abdul Muhyi terlebih dahulu. Mereka harus melihat Syekh Abdul Muhyi tersiksa.

Hingga suatu ketika, saat Ayu Bakta sedang bersyiar dengan para kaum wanita, sekonyong-konyong Ni Pongge muncul dan melemparkan teluh pada Ayu bakta. Dengan cepat Ayu Bakta menyuruh semua berlindung di balik mukena dan membaca surah An-Nas. Mereka selamat. Ni Pongge dengan kalap  memaksa Ayu Bakta ikut dengannya. Suasana sangat gaduh. Ayu Bakta berteriak minta tolong. Sebelum Ni Pongge dan Permana akan membawa Ayu Bakta, Syekh Abdul Muhyi mendengar suara teriakan istrinya langsung melompat berusaha menyelamatkan Ayu Bakta. Kini Ni Pongge berhadapan dengan Syekh Abdul Muhyi  dan menuntut balas Syekh Abdul Muhyi yang sudah membuat buta anaknya. Kata Syekh Abdul Muhyi bukan ia yang membutakan Permana. Tapi akibat perlakuan Permana sendiri. Dan Permana harus yakin, Allah Maha menyembuhkan. Jika mau, Syekh Abdul Muhyi akan mohon pertolongan Allah untuk menyembuhkan Permana dari butanya. Tapi Ki mereka menolak.

Kini pertarungan Syekh Abdul Muhyi dan Ni pongge tak terelakkan. Ni Pongge penguasa ilmu sihir wanita yang hebat berusaha melawan Syekh Abdul Muhyi. Karena berkali-kali kalah, akhirnya Ni Pongge mengeluarkan jurus terakhirnya yaitu Cahya Ombak. Dari telapak tangan Ni Pongge keluar cahaya menyilaukan dan membentuk gelombang. Setelah itu Ni Pongge melemparkan ke arah Syekh Abdul Muhyi. Syekh Abdul Muhyi sempat terkena gelombang cahaya itu dan terpental.  Namun dengan mengucap kalimat takbir dan karomah anti segala macam ilmu hitam, sehebat apapun, gelombang yang sangat menyilaukan mata itu berhasil dilawan Syekh Abdul Muhyi dan justru membuat Ni Pongge dan Permana terpental. Keduanya  nampak kesakitan karena terluka parah.
Dengan tulus Syekh Abdul Muhyi minta warga laki-laki membawa Permana  dan Ayu Bakta membawa  Ni Pongge masuk ke dalam. Dengan karomah doanya, Syekh Abdul Muhyi  menyembuhkan Ni Pongge dan Permana bergantian hingga  membaik walau belum bisa berdiri tegak. Syekh Abdul Muhyi  mempersilahkan Permana Permana dan Ni Pongge sementara waktu tinggal di pondoknya sampai  keadaan membaik. Syekh Abdul Muhyi juga mohon pada Ni Pongge agar bertaubat. Namun Ni Pongge tidak mau. Bagi Ni Pongge,  ilmu sihir yang selama ini dipelajarinya adalah ilmu terhebat.

Berbeda dengan ibunya yang keras hatinya, ternyata Permana merasa takjub dengan Syekh Abdul Muhyi. Bagi Permana, Syekh Abdul Muhyi sangat sakti. Permana juga merasa dengan butanya saat ini ia merasa tidak bisa apa-apa lagi. Suatu ketika, saat mendengar adzan Subuh Permana bergetar hebat. Ia menangis. Tahu Permana menangis, Syekh Abdul Muhyi  tiba-tiba ada di sampingnya dan mengajak Permana untuk duduk di langgar. Setelah selesai sholat, Syekh Abdul Muhyi  menjelaskan pada Permana bahwa Allah-lah Tuhan yang patut disembah.  Kata Permana sehebat apa Allah itu. Allah Maha maha segalanya. Kata Permana, apakah Allah mau menyembuhkannya yang buta? Kata Syekh Abdul Muhyi, asal Permana bertaubat dan bertawakal di jalan Allah, semuanya pasti mungkin.

Akhirnya Permana menemui Ni Pongge dan mohon ijin pada ibunya untuk masuk Islam. Betapa marahnya Ni Pongge. Ni Pongge mengamuk dan mengancam tidak pernah mengakui Permana sebagai anaknya. Kata Ni Pongge, ajaran ilmu hitam warisan leluhur mereka tidak boleh diganti oleh kepercayaan apapun. Namun Permana tetap bersikeras masuk Islam. Akhirnya Permana membaca syahadat. Ia bertaubat bersama Syekh Abdul Muhyi. Melihat kesungguhan Permana, suatu ketika Syekh Abdul Muhyi  berkata pada Permana bahwa Syekh Abdul Muhyi akan berusaha mengobati Permana. Syekh Abdul Muhyi  mohon pada Permana  bersama Syekh Abdul Muhyi terus membaca Asmaul Husna, berzdikir Yaa Baasyir 1000 kali di depan air zam-zam yang dahulu dibawa Syekh Abdul Muhyi  dari tanah Suci Mekkah. Setelah membaca Yaa Baasyir tersebut, tiba-tiba air di wadah bergetar. Dengan tenang Syekh Abdul Muhyi mengambil air itu dan mengusapkan di wajah Permana. POV Permana, saat Permana membuka mata, awalnya sekelilingnya kabur namun tak lama kemudian menjadi terang. Permana kembali bisa melihat! Permana langsung sujud syukur. Kata Syekh Abdul Muhyi, Allah adalah Maha Pengabul Doa hamba-hambaNYA.

Betapa senangnya Permana. Ia kembali menemui ibunya, Ni Pongge dan mengabarkan bahwa ia kini bisa melihat lagi sekaligus mengajak ibunya masuk Islam bersama Syekh Abdul Muhyi. Tapi bukannya senang, Ni Pongge yang sudah membatu hatinya berkata, ia tidak sudi memaafkan Permana yang sudah berkhianat pada ajaran hitam leluhur mereka. Betapa sedih hati Permana karena ibu yang dikasihinya masih belum mendapat hidayah Allah.  Bahwa hidayah itu adalah milik Allah dan Allah yang berkehendak untuk memberikan atau menahan hidayah itu kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.  Ini juga menunjukkan bahwa hidayah itu bukanlah didapatkan dari warisan orang tua, atau hubungan nasab dan kekerabatan dengan seorang yang sholeh atau hidayah itu diperoleh dengan kekuasaan dan kepandaian seseorang atau dengan kecintaan orang sholeh kepadanya. 

Sementara Permana sudah banyak bersyiar bersama Syekh Abdul Muhyi, Ni Pongge  kian meradang. Ia merasa dendam dengan Syekh Abdul Muhyi yang sudah membuat anak kandungnya berani membangkang dan dianggap durhaka padanya. Tapi Syekh Abdul Muhyi selalu menasehati Permana agar terus taat dan santun pada ibundanya. Ni Pongge membuka kitab hitam peninggalan leluhurnya. Ia bertekat mengirim sihir pada Syekh Abdul Muhyi dan seluruh santri Syekh Abdul Muhyi termasuk Ayu Bakta. Kejadian aneh menimpa. Saat Ayu Bakta membuka tudung saji, yang ada adalah  kelabang sangat banyak. Ya, semua makanan berubah menjadi kelabang yang berusaha menyerang Ayu Bakta.  Saat abdi  Ayu Bakta menumbuk padi, padi tiba-tiba berubah menjadi ular berbisa dan menggigit abdinya. Saat abdi lain mengisi air di bak, tiba-tiba saja air berubah menjadi hitam kental dan sangat bau.

Syekh Abdul Muhyi saat di langgar kaget karena beberapa warga lapor bahwa abdi di gigit ular berbisa. Dengan cepat Syekh Abdul Muhyi  mengajak Permana melihat keadaan. Ternyata di dalam rumahnya, segala sesuatu tiba-tiba berubah menjadi binatang berbisa dan buas dan berusaha menyerang Syekh Abdul Muhyi. Syekh Abdul Muhyi  tahu bahwa ini adalah sihir. Dengan sekejap, semua binatang yang ada di dalam rumahnya di bacakan Ayat Kursi, tiba-tiba menghilang. Permana yakin ini adalah perbuatan ibundanya.  Melihat abdinya sakit, Syekh Abdul Muhyi berusaha mengobati. Saat sedang mengobati, Ni Pongge muncul dan menyerang Permana serta Syekh Abdul Muhyi. Permana berusaha menyadarkan ibunya. Namun Permana tidak berusaha melawan ibunya. Ia hanya mempertahankan diri. Setelah puas bertarung dengan Permana dan Permana luka parah karena ibunya, Ni Pongge lalu ganti menyerang Syekh Abdul Muhyi dengan ajian terbangnya. Pertarungan terjadi sama kuat. Permana melihat semua itu bekata pada Syekh Abdul Muhyi, demi Islam, ia ikhlas andai Syekh Abdul Muhyi melawan Ni Pongge. Sebab Ni Pongge selama ini sudah terlalu banyak menyebarkan ilmu hitam dan menyengsarakan banyak warga. Saat Ni Pongge sudah tidak sabar lagi dan menggempur Syekh Abdul Muhyi  dengan berbagai macam senjata, Ni Pongge terpental jatuh sendiri terkena senjatanya. Ni Pongge nampak kesakitan. Permana mendekati ibunya dan melihat keadaan ibunya sudah kepayahan, Permana menuntun ibunya bertaubat. Tapi terlambat, Ni Pongge menghembuskan nafas terakhir dengan keadaan belum bertaubat.
Beberapa saat kemudian, suasana di pekuburan heboh. Tanah yang digali oleh warga untuk menguburkan Ni Pongge selalu keluar air berwarna hitam yang bau dan ada binatang berbisa keluar dari setiap tanah yang dicangkul. Para penggali kubur nampak menyerah. Permana berdoa mohon pada Allah agar ibunya mudah dikuburkan walau ibunya seorang yang kafir dan musrik.

DESA PAMIJAHAN, BEBERAPA SAAT KEMUDIAN…

Rumah Juragan Wongso tiba-tiba di atasnya kedatangan cahaya merah kehitaman dan ada selerat bayangan kecil masuk ke dalamnya. Warga nampak kaduh ketakutan dan yakit Batara Karang masuk ke dalam rumah Juragan Wongso. Kentongan dipukul bertalu-talu. Tak lama kemudian juragan  muncul berteriak kebingungan karena kotak uang dan emasnya raib. Ya, untuk kesekian kalinya Desa Pamijahan gempar karena kedatangan Batara Karang yang menyedot uang warga. Syekh Abdul Muhyi Pamijahan dan Ayu Bakta yang sedang melewati desa tersebut bertanya apa yang terjadi. Warga lalu menceritakan bahwa Batara Karang selalu beraksi di malam Jumat Kliwon.  Melihat semua itu, Syekh Abdul Muhyi Pamijahan berjanji akan membantu menangkap Batara Karang tersebut.

Sementara itu di gua Safar Wadi Ki Ringin sedang memuja Batara Karang (jenglot) yang diyakini sebagai pemberi kekayaan bagi semuanya. Tak lama kemudian di hadapan Ki Ringin ada setumpuk uang dan perhiasan, pertanda Batara Karang berhasil beraksi. Ki Ringin dengan bangga menceritakan pada seluruh murid-muridnya yang ingin kaya raya dalam sekejap agar memuja Batara Karang. Ki Ringin menunjukkan hebatnya Batara Karang sebagai salah satu cara mendatangkan kekayaan. Semua murid Ki Ringin yang ingin cepat kaya berkata mereka akan lakukan apapun demi mendapatkan Batara Karang. Ki Ringin berkata mereka harus menjalankan semua syarat yang diberikan Ki Ringin dan jika mereka melanggar semua pantangan itu, jangan salahkan bila kelak mereka akan sengsara karenanya. Salah satu murid Ki Ringin adalah Surono. Surono yang meguru pada Ki Ringin demi mendapatkan Batara Karang rela melakukan apapun. Kata Ki Ringin, di Selasa Kliwon esok, ambillah rambut orang yang belum ada 7 hari dikuburkan untuk melengkapi salah satu persyaratan.

Surono nampak gundah. Sahrini, istri Surono berkata pada Surono, untuk apa mencari Batara Karang? Kata Surono, ia sudah bosan jadi orang miskin. Kata Sahrini, ia sudah cukup bersyukur dengan apa yang mereka miliki saat ini. Tapi Surono berkata, ia tidak peduli dengan nasehat istrinya dan malam Selasa Kliwon esok tetap akan mengambil rambut di kuburan. Tak lama kemudian nampak di malam hari Surono mengendap-endap mencoba membongkar sebuah kuburan. Malam nampak senyap, areal pekuburan nampak lenggang. Tapi tanpa Surono sadari, beberapa warga yang sedang ronda melihatnya dan langsung mendatangi Surono. Surono tertangkap basah. Saat warga akan menghakimi Surono, muncul Syekh Abdul Muhyi menentramkan warga. Syekh Abdul Muhyi lalu bertanya apa yang dilakukan Surono. Surono dengan ketakutan menceritakan apa yang terjadi. Demang Pemijahan berkata Surono harus dibawa pada adipati untuk dihukum. Karena selama ini Batara Karang sangat menganggu desa mereka. Namun tak satupun yang berani melawan Ki Ringin yang memuja Batara Karang dan menetap di gua Safar Wadi. Dengan tenang Syekh Abdul Muhyi berkata, insyaallah ia akan berusaha mendatangi Ki Ringin. Warga berkata, Ki Ringin sangat kejam dan berbahaya. Tapi Syekh Abdul Muhyi berkata yakin akan bisa melawannya.

Esoknya, saat Ki Ringin sedang melaksanakan ritual memuja Batara Karang, dengan cepat Syekh Abdul Muhyi muncul dan berkata untuk bubarkan semua itu. Perbuatan sirik adalah perbuatan yang sangat dilaknat Allah. Betapa marahnya Ki Ringin melihat kedatangan Syekh Abdul Muhyi. Syekh Abdul Muhyi berkata ia akan bersihkan gua ini demi kebaikan. Dengan cepat Ki Ringin menggempur Syekh Abdul Muhyi dengan segala kesaktian ilmu hitamnya. Syekh Abdul Muhyi terus mohon kekuatan pada Allah SWT. Seluruh murid Ki Ringin bersatu ikut melawan Syekh Abdul Muhyi. Namun Syekh Abdul Muhyi yang dikaruniai Allah karomah melawan semua ilmu hitam dengan segala doanya berhasil mengalahkan Ki Ringin dan anak buahnya. Ki Ringin terkena ilmu hitamnya sendiri. Aneh, tiba-tiba wajah Ki Ringin berubah menjadi hitam, tua dan berkeriput sebelum mati.  Seluruh Murid Ki Ringin nampak ketakutan melihat keadaan Ki Ringin yang mati mengenaskan.  Dengan kekuatan Syekh Abdul Muhyi, seluruh Batara Karang yang dipuja dibakar di hadapan warga dan seluruh murid Ki Ringin. Bahkan Syekh Abdul Muhyi lalu menjadikan gua tersebut sebagai tempatnya menjalankan syiarnya, tempat orang melakukan ibadat terutama mengamalkan zikir, tasbih, tahmid, selawat, tilawah al-Quran dan lain-lain sejenisnya. Maka terkenallah tempat itu sebagai tempat orang melakukan khalwat atau suluk. Hingga beliau dikenal sebagai nama Syekh Abdul Muhyi Pamijahan… http://seputarpamijahan.blogspot.com/

Jumat, 31 Oktober 2014

Khasiat Mengucapkan Uluk Salam

Khasiat Mengucapkan Uluk Salam



Uluk salam atau memberi salam itu termasuk suatu cara yang sangat di anjurkan dalam islam, Maka disini tentu ada faedah dan manfaat untuk masalah rizki, karena didalam salam tersebut mendoakan keselamatan bagi umat manusia, Maka disini perlu saya terangkan bahwasiapa saja yang membaca sholawat ketika masuk rumah, maka dia akan mendapat rizki yangbanyak, dan barang siapa membaca sholawat kepada Rosululloh ketika masuk rumah, makadia akan mendapat rizki yang luar biasa. Dan ditambah lagi membaca surat Al-Ikhlas satu kali.

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad R.A. berkata,”seorang laki-laki datang kepada Rosululllah S.A.W. kemudian mengeluh kepadanya akan ekonomi rumah tangganya, danpekerjaannya. Lalu Rosulullah S.A.W berkata,”kalau kamu masuk kerumahmu, ucapkan salam kepada orang yang berada di rumah maupun tidak ada dirumah, kemudian bersholawatlah kepadaku dan bacalah surat Al-Ikhlas sekali. lalu orang itu mengerjakan apa yang telah dikatakan oleh Rosululllah S.A.W. Tak lama kemudian Allah memberikan rezeki kepadanya berlimpa ruah sampai-sampai kepada para tetangganya.”
Contohnya seperti ini :
Assalamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh Alloohumma sholli alaa sayyidinaa muhammad, Wa alaa ali sayyidinaa muhammad Qul huwalloohu ahad, Allohush-shomad, Lam yalid walam yuulad, Walam yakul lahu kufuwan ahad.

Pengalaman:
Amalan ini telah saya coba dan benar-benar mujarab, saya pun mengajari istri saya juga, Waktu itu istri saya bekerja disalah satu Counter perawatan rambut, biasanya dalam sehari hanya mampu berjualan 700 Ribu sampai 1,5 Juta, kemudian saya ajarkan dia setiap pulang kerumah dan ketika baru datang sebelum membuka Counternya terapkan Uluk Salam, Alhamdulillah setelah ia terapkan setiap hari penghasilannya naik menjadi 3 Juta perhari, Apakah anda tertarik silahkan dicoba. (Ilmu Warisan Leluhur)
http://seputarpamijahan.blogspot.com/

DOA KESELAMATAN KEDIGDAYAAN

Asalamualaikum.selamat beraktivitas.ada kalanya kejadian tidak baik mengenai kita.maka ibarat persiapkan
image

payung sebelum hujan.antara orang pakai payung dan tidak saat hujan tentu beda.walau yg pakai payung maupun tidak’semua bisa basah karena manusia hanya usaha Allah lah penentunya tapi secara bagian iktiar dan realita bisa beda.yg tidak pakai payung tentu potensi basah lebih banyak.beda yg sedia payung tentu potensi basah lebih sedikit karena ada payung hujan.isnyaallah doa ini sebagai ihtiar keselamatan.kedigdayaan dan kekuatan tubuh.serahkan semua ke Allah swt.penulis tidak akan bercerita soal pengalaman maupun kegunaan yg lain.intinya insyaAllah isthikomahi keselamatan insyaallah akan selalu menyertai.amin
Lakunya:  puasa 3 hari. Setiap malam saat puasa,selesai sholat hajat dzikirkan 313 kali.setelah puasa lakukan kebiasaan dzikir 7 kali selesai sholat fardu minimal dzikirkan selesai subuh dan maghrib.
tawassul ke :
kanjeng nabi muhammad
Malaikat muqorobin
nabi khidir as
4 sahabat abu bakar,umar,usman, ali
syeh abdul qodir al jilani
9 walisongo
para leluhur kita
Ruh orang tua kita. http://seputarpamijahan.blogspot.com/

RAHASIA WUDHU

Asalamualaikum.salam rahayu salam hormat ke kyai risang mukti dan kang ahmadr Salam rahayu semua sedulur songgobumi (seduluran ngantos pati) .apabila manusia tersentuh air pasti akan ada rasa yg jika benar benar di rasakan setiap manusia akan tentu berbeda rasa. wudhu demikian umum tapi ternyata dalam wudhu sangat banyak rahasia yg tersembunyi. Dalam tangan ini tersembunyi tombol aktif akan mengalirnya, energi dahsyat .kita ingat bagaimana saat rosul menyembuhkan seseorang yg buta hanya dengan wudhu.Allah swt sudah menunjukan pada kita mana yg benar mana yg salah mana yg menguntungkan berkah ke kita. ” wa ma arsalna illa rahmatan lil allamin” apapun yg menguntungkan/ baik bagi kita ,beliau bertanggung jawab menyampaikannya atau beliau akan di tanya mengapa beliau menyembunyikan nya. Allah melimpahkan ada banyak hal ke rosul kita. Saat rosul di datangi seorang buta minta di sembuhkan beliau menyuruh orang itu berwudhu. Ajaib sembuh. Kalau mengambil dari hadis saat rosul menyembuhkan dgn wudhu akan bermakna wudhu adalah awal pembukaan dari penyembuhan jika tidak wudhu maka upaya mu menyembuhkan penyakit itu kemungkinan minim,apapun kemampuanmu entah tinggi atau tidak resapilah kekuatan wudhu.ketika kita mengambil wudhu selain niat wudhu yg pertama juga dilakukan adalah membasuh tangan sampai pergelangan.sebenarnya yg kamu lakukan adalah level pertama adanya kekuatan / energi yg berada di tanganmu saat itu. maka jgn heran banyak para praktisi menggunakan tangan bahkan para praktisi berbagai macam keilmuan sampai budhis di banyak banyak negara cina maupun india yg menggunakan tangan.mereka menggunakan tangan sebagai pintu melepas energi setelah tubuh digunakan penampungan. disamping penyembuhan lewat tangan juga digunakan menakhlukan musuh / lawan.ditangan kita pertama wudhu tentu tangan jari kita sepuluh itu . dan telapak tangan kanan tertulis 18 dan tangan kiri tertulis 81, 1+8: 9 ,8+1: 9, tetaplah sembilan. Dan 18+81: 99 Dengan mengaktifkannya berarti mengaktifkan daya 99 asmaul husna ,segera saat kita menggosok wudhu kita menimbulkan daya energi dan saat di menggosok dengan pancuran air di saar itu pula air menahan energi dalam tubuh keluar.dan 1+8:9, 8+1: 9. Jumlah 9 berarti juga sembilan titik tubuh mewakili sembilan auliya yg bertanggung jawab pada diri kita. Dengan demikian juga mengaktifkan sembilan daya dari 9 auliya di diri kita. Saat kita menyembuhkan kita berposisi 9 ,karena 9 sama juga dgn 0. saat sembilan titik aktif maka sisitem penerimaan on,maka tubuh ini adalah penampung daya langit dan hakekatnya adalah diri ini siapa telusuri saja. Walau mereka yg menerapkan tidak mengerti bagaimana mereka di lindungi daya 99 asmaul husna ,sembilan titik auliya tapi allah membolehkan siapapun mengakses nya karena itu hak Allah sesuai yg di kehendakinya. Dan ketika kita mengaktifkan jari angka 10 maka jadi 10 + 9: 19 dan penelitin yg berkembang setiap bahwa setiap ayat itu berhubungan dgn 19. Dan jumlah 19 ini ” wa yahmillu arsh arrahmani yaumadin thamaaniya ,,delapan akan, hari itu,menyangga singgasana Rab mu (alquran 69:17) / ketika singgasana dari Rab mu diatas mereka, delapan adalah delapan malaikat,hari itu adalah pengadilan jadi 8 memikul angka 1 dan yg memegangi neraka adalah 19. Neraka adalah termasuk sumber daya energi. Maka saat kamu menyembuhkan seperti racun di lawan dgn racun. Negatif vs negatif, maka positif. 19 juga sesuai jumlah malaikat yg bertanggung jawab terhadap neraka.dan di saat kita mengaktifkan serentak maka dayanya akan menghancurkan membersihkan tanpa pandang bulu yg negatif.dan perlu diketahui energi daya 10 tidaklah buruk sesuai pikiran karena akses ke energi api yg 19. karena bukan seperti pikiran manusia. Sebagai contoh energi matahari ialah satu api tapi saat bersamaan sangat berguna bagi manusia. setelah angka 19 aktif dan bekerja menyapu maka aktifkan angka 9 dgn daya langit. semoga tidak bingung dan bermanfaat.http://seputarpamijahan.blogspot.com/